Korea Selatan Pecah Rekor, Tingkat Kesuburannya Paling Rendah di Dunia

Bendera Korea Selatan.
Sumber :
  • Pixabay.

VIVA Lifestyle – Korea Selatan kembali pecahkan rekor, yang mencatat tingkat kesuburan terendah di dunia dengan jumlah yang jatuh ke level terendah di negara itu.

"Dengan ini, negara tersebut telah memecahkan rekornya sendiri untuk tingkat kesuburan terendah di dunia lagi," demikian menurut laporan CNN. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.

Diketahui, jumlah rata-rata bayi yang lahir dari per wanita Korea Selatan selama masa reproduksinya turun menjadi 0,78 pada tahun 2022, yang sebelumnya berada di angka 0,81, menurut data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik pada hari Rabu, 22 Februari 2023.

Ilustrasi bayi.

Photo :
  • Pexels

Melansir dari NDTV, Kamis, 23 Februari 2023, jumlah bayi baru lahir menurun pada tahun lalu menjadi 249.000 dari 260.600 setahun sebelumnya, yang berarti kurang dari lima persen dari populasi negara. Ini adalah angka terendah di antara lebih dari 260 negara yang dilacak oleh Bank Dunia.

Menurut CNN, negara-negara membutuhkan tingkat kesuburan 2,1 persen untuk mempertahankan populasinya yang stabil. Selain itu, tingkat kelahiran di negara Asia Tenggara telah turun sejak 2015, dan tercatat lebih banyak kematian daripada kelahiran untuk pertama kalinya sejak 2020.

Meskipun Korsel membelanjakan miliaran dolar setiap tahun untuk subsidi pengasuhan anak, pemerintah telah gagal membalikkan penurunan angka kelahiran untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Tingkat kelahiran yang anjlok kini menimbulkan kekhawatiran bahwa penurunan populasi dapat sangat merusak ekonomi Korea Selatan, karena kekurangan tenaga kerja.

Beberapa faktor penyebab rendahnya tingkat kesuburan adalah perumahan yang mahal, ketidaksetaraan gender dan sosial, tingkat mobilitas sosial yang rendah, dan biaya besar untuk membesarkan anak dalam sistem pendidikan yang sangat kompetitif dan mahal. Selain itu, biaya perumahan juga melonjak.

Menurut para ekonom, Korea Selatan perlu berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kesetaraan gender agar perempuan tidak terlalu khawatir kehilangan pekerjaan karena memiliki anak.