Jangan Sepelekan, Sakit Kepala Begini Tanda Hipertensi Menyerang
- Times of India
VIVA Lifestyle – Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi yang cukup sering dialami oleh sebagian besar masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Tak sedikit yang mendapat dampak buruk dari hipertensi yang seringkali sulit dikenali lantaran minim gejala sehingga akhirnya memicu kondisi lebih fatal.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, mengatakan bahwa gejala hipertensi memang sulit dikenal secara awam karena serupa dengan gejala penyakit lainnya. Namun, Prof Ari tak menampik bahwa salah satu gejala yang bisa dikenali dari kondisi 'penyakit bisu' ini adalah munculnya rasa sakit di kepala. Yuk scroll untuk simak artikel selengkapnya.
"Betul (sakit kepala salah satu gejala hipertensi). Pertama, (sakit kepala) buat kita sebenarnya tubuh memberi alarm ketika terasa nggak nyaman," tuturnya dalam acara Hidup Sehat, TvOne, Kamis 5 Januari 2022.
Menurut Prof Ari, sakit kepala memang cukup sulit dikenali karena penyebabnya cukup beragam. Misalnya saja, sakit kepala karena kurang tidur sehingga muncul rasa nyeri. Selain itu, rasa lelah yang menjalar juga memicu sakit kepala. Serta, penyebab sakit kepala lainnya akibat leher yang kaku usai melihat gadget seharian. Lantas, bagaimana melihat sakit kepala yang khas akibat hipertensi?
"Lihat apa yang sebenarnya terjadi. Misal, tidur udah nyaman, tidak stres, nggak ada masalah, tapi sakit kepala, coba cek mungkin ditensi jadi tinggi. Prinsipnya ketika ada alarm di tubuh, tolong periksa jangan-jangan ada yang nggak beres di tubuh," jelasnya.
Terlebih menurut Prof Ari, ada kemungkinan pasien hipertensi tak memiliki gejala yang khas seperti sakit kepala tersebut. Namun, ada juga yang sebenarnya merasa sakit kepala yang kerap tak disadari namun terjadi terus menerus, hingga tak hilang meski telah diobati.
"Salah satu gejala hipertensi dalah sakit kepala. Kalau lebih sering, betul (mungkin hipertensi). Yang jadi penting, kalau (sakit kepala) terus menerus. Kalau rasanya orang sudah pernah cek tensi. Kalau sudah dipastikan hipertensi, warning sebenarnya. Dia hipertensi, minum obat, masih sakit kepala, jangan-jangan dosis obatnya nggak cukup," katanya.
Ditegaskan Prof Ari, obat seharusnya menjadi pilihan akhir dalam mengatasi hipertensi. Sebab, pada dasarnya hipertensi hanya dapat dikendalikan melalui gaya hidup yang tepat serta obat yang sesuai
"Satu hal lagi yang kadang lupa, mengatasi penyakit itu, pertama gaya hidup kemudian obat. Kalau masih makanan asin-asin, kemudian tidak bisa kendalikan stres, istirahat tidak cukup, jadi susah juga jaga tensi. Prinsipnya gaya hidup dan obat," tuturnya.