Kanker Ovarium Bisa Disembuhkan, Fakta atau Mitos?
- U-Report
VIVA Lifestyle – Kanker menjadi salah satu jenis penyakit tidak menular yang angka kasusnya terus meningkat di Indonesia. Tak terkecuali pada jenis kanker ovarium yang kerap mengintai para perempuan dengan dampak yang berisiko menganggu kesuburan serta menurunkan peluang kehamilan.
Dokter Spesialis Onkologi dari RSUP Persahabatan dr. Oni Khonsa, Sp.OG, Subsp. Onk, mengatakan bahwa kanker ovarium sudah seharusnya tidak dipandang sebelah mata. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Bukan tanpa alasan, kanker ovarium sendiri sejatinya bukan jenis penyakit yang dapat disembuhkan seperti batuk atau flu. Kanker, kata dokter Oni, cenderung bersifat seperti penyakit kronis lainnya.
"Kalau kanker itu definisinya bukan sembuh, dia sama seperti asma, hipertensi, diabetes, ada kekambuhan bila tidak dikontrol, jadi pengobatan ini biar lebih terkontrol," ujar dokter Oni dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan dan AstraZeneca Kampanye 10 Jari, baru-baru ini.
Alih-alih sembuh, kanker sebenarnya bisa dikendalikan tergantung kondisi tiap orang. Terlebih, kanker sangat berbeda dengan penyakit lain, di mana kanker memiliki beragam jenis serta tingkat keparahan yang sulit disamakan pada tiap orang.
Untuk mengendalikan kanker ovarium sendiri, sangat dipengaruhi oleh terapi, pengobatan, serta pola hidup pasien.
"Sesering apa kambuhnya? Itu sangat erat dengan stadium, jenis kankernya dan kondisi-kondisi lain penyerta pasien, bagaimana membuat pola hidup yang baik," tambah dokter. Oni.
Di satu sisi, kambuhnya kanker pada tiap orang juga dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Seperti munculnya kista endometrium yang berpeluang terhadap perkembangan kanker, terutama kanker ovarium.
Maka, penting dalam memeriksa atau deteksi kista untuk mengenali jenisnya ganas atau jinak.
"Mengarah ke ganas atau tidak dilihat dari tes, kista yang diduga jinak bisa berubah sifatnya. Ini bisa bertransformasi karena ada paparan karsinogen seperti dari zat kimia, rokok, vape," imbuh dokter Oni.
Paparan karsinogen sendiri berpengaruh besar terhadap proses munculnya kista hingga berubah menjadi sel kanker. Maka dari itu, penting untuk tetap memantau perkembangan kista diiringi dengan gaya hidup yang seimbang agar kista tak berubah menjadi ganas.
"Kalau ternyata waktu diperiksa kistanya masih eksis, terutama endrometrium maka hindari potensi karsinogen. Kista harus diambil dan dilihat jinak atau enggak tapi kalau enggak diambil harus dipantau terus," lanjutnya.
Kementerian Kesehatan RI menggaungkan Kampanye 10 Jari untuk mengenal faktor risiko dan deteksi dini kanker ovarium.
Angka “10” yang tercantum dalam “Kampanye 10 Jari” merupakan salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat tentang enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium.
Yang termasuk ke dalam enam faktor risiko tersebut antara lain:
1. Memiliki riwayat kista endometrium
2. Memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan atau kanker payudara
3. Mutasi genetik (misalnya BRCA)
4. Paritas rendah
5. Gaya hidup yang buruk
6. Pertambahan usia
Sedangkan empat tanda kanker ovarium yang patut diwaspadai, yakni:
1. Sering kembung
2. Nafsu makan berkurang
3. Sering buang air kecil
4. Nyeri panggul atau perut.