1 dari 10 Wanita Alami PCOS, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Ilustrasi menstruasi/nyeri haid.
Sumber :
  • Pixabay/Saranya7

VIVA Lifestyle – Sindrom Polikistik ovarium atau Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah gangguan hormon yang terjadi pada wanita di usia subur. Polycystic Ovary Syndrome ditandai dengan gangguan menstruasi dan kadar hormon maskulin (hormon androgen) yang berlebihan.

Spesialis Obstetri dan Ginekolog di Siloam Hospital Ambon, dr. Irene Leha Sp.OG menyatakan, PCOS atau sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan gangguan hormonal yang paling sering dialami oleh wanita usia reproduksi.

“Angka kejadiannya sekitar 10-15 persen (1 di antara 10 wanita menderita PCOS),” ujarnya dalam Health Talk bertajuk Bahaya PCOS Pada Kesehatan Wanita yang digelar Siloam Hospitals Ambon, Senin, 28 November 2022.

Ilustrasi menstruasi/haid/pembalut.

Photo :
  • Freepik

Menurut Irene, sindrom PCOS merupakan kondisi kompleks yang didiagnosis dengan terdapat 2 dari 3 kriteria, yakni kelebihan Kadar Hormon Androgen Gangguan Ovulasi Gambaran ovarium dengan folikel (rumah sel telur) yang kecil-kecil seperti untaian kalung mutiara pada pemeriksaan USG transvaginal.

“Sehingga perlu anamnesis riwayat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosisnya,” kata dia

“Gangguan Endokrin menjadi salah satu gangguan yang diakibatkan oleh sindrom PCOS. Gangguan ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan sel telur tetap kecil dan tidak berkembang menjadi sel telur yang besar dan matang. Sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma yang dapat mengakibatkan gangguan pada proses kehamilan,” katanya lagi.

Irene juga menjelaskan bahwa faktor risiko dan penyebab PCOS hingga saat ini belum diketahui pasti. Teori primer pada kelainan metabolisme menunjukkan bahwa kompensasi gangguan fungsi insulin dengan akibat kadar hormon insulin yang berlebihan menjadi penyebab utama dari gambaran sindrom tersebut. Beberapa penyebab lain dari PCOS adalah karena faktor genetik dan lingkungan.

“Pada wanita dengan PCOS, folikel kecil yang berdiameter 4 hingga 9 mm menumpuk di ovarium. Folikel ini tidak dapat berkembang ataupun tumbuh hingga menjadi ukuran normal, dan akan memicu ovulasi. Akibatnya, kadar estrogen, progesteron, LH dan FSH menjadi tidak seimbang. Androgen dapat meningkat pada wanita yang mengidap PCOS karena tingginya kadar LH dan Insulin yang biasanya terlihat pada pasien,” bebernya.

Ilustrasi wanita menstruasi.

Photo :
  • U-Report

Kata Irene, gejala klinis dan dampak PCOS umumnya terjadi pada gangguan siklus haid, gambaran kelebihan hormon androgen seperti pertumbuhan rambut berlebih dan di tempat yang tidak biasanya, jerawat, dan kebotakan.

“PCOS yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang berisiko antara lain gangguan pola haid, infertilitas, kanker endometrium, gangguan metabolik (resistensi insulin atau diabetest melitus, hipertensi, dislipidemia), gangguan tidur dan makan, kecemasan berlebihan, keguguran, persalinan prematur, dan komplikasi lain seperti hipertensi atau DM dalam kehamilan,” ungkapnya.

Irene menegaskan, terkait hal itu diperlukan kesadaran untuk melakukan pencegahan sedini mungkin dengan melakukan pola hidup sehat.

“Ubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rendah gula, berolahraga secara teratur, mengendalikan berat badan dan memeriksakan diri sedini mungkin jika mengalami keluhan perubahan atau gangguan pola haid serta gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya,” katanya.

Laporan: Christ Belseran, Ambon-Maluku