Ahli: Asap Bakar Sampah Sama Seperti Merokok, Bisa Picu Kanker Paru
- Pixabay.
VIVA Lifestyle – Seringkali masyarakat hanya menilai rokok sebagai sumber polusi yang berdampak pada kesehatan saluran pernapasan. Faktanya, dokter memperingatkan bahaya asap dari bakar sampah hingga polusi udara lainnya sama berbahaya dengan merokok yang berisiko pada kanker paru.
"Jadi bakar daun kering itu sama aja kayak orang merokok linting sama aja, itu karena rokok linting juga dari daun kering yang dibakar," ujar Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia, Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) dalam acara media peringatan Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, baru-baru ini. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Dokter Elisna yang juga bekerja di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI - RSUP Persahabatan mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru merupakan kasus kanker terbanyak pada laki-laki.
Faktor lain yang juga berperan dalam kanker paru adalah polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor atau asap pabrik yang mengandung bahan kimia berbahaya.
"Polusi udara menghasilkan zat-zat karsinogenik (pemicu kanker). Kendaraan bermotor misal," jelas dokter Elisna.
Pada bakar sampah, kerap kali masyarakat menganggap bahwa jenis sampah dari daun kering bisa bermanfaat. Faktanya, Prof Elisna menegaskan bahwa semua jenis udara yang tidak normal bisa membahayakan paru, apapun jenis pembakarannya. Pada akhirnya, polusi dan asap bakar sampah membuat fungsi sistem pernapasan menurun sehingga memicu infeksi saluran pernapasan atas, radang paru, dan terparah adalah kanker paru.
"Kanker paru memang tidak hanya disebabkan satu faktor, tapi multi faktor tidak hanya polusi, tapi juga gaya hidup merokok, keturunan atau genetik," jelasnya.
Gejala kanker paru dapat berupa batuk yang persisten, darah pada mucus, bernapas pendek, nyeri di area dada, kelelahan yang berlebihan, dan penurunan bobot tubuh yang tidak dapat dijelaskan. Untuk itu, pada mereka yang memiliki faktor risiko disertai gejala tersebut, segera lakukan skrining atau deteksi dini.
"Maka usaha skrining atau deteksi dini akan secara langsung akan memperpanjang harapan hidup. Namun kabar baiknya, pasien kanker paru stadium lanjut yang mendapat pengobatan yang spesifik berdasarkan karakteristik kelainan molecular menunjukkan hasil yang baik," imbuhnya.
Kanker paru dibedakan untuk setiap pasien dari jenis sel dan perubahan sel abnormal. Pengujian biomarker akan menunjukkan mutasi spesifik pada sel kanker. Pengujian biomarker sangat penting karena dapat mendeteksi adanya penanda biologis (biomarker) spesifik yang dapat membantu pemilihan terapi yang telah tersedia di Indonesia.
"Tes untuk melihat mutasi gen gen atau molekuler yang berkaitan dengan pilihan terapi target adalah mutasi ALK, EGFR, ROS1," terangnya.