Jangan Abaikan Batuk dan Nyeri Dada, Bisa Jadi Gejala Kanker Paru
- Freepik/drobotdean
VIVA Lifestyle – Kanker paru bertanggung jawab pada jumlah kematian tertinggi dari jenis kanker lainnya di dunia. Mirisnya, kanker paru sulit dikenali gejala yang timbul dan bahkan kerap sudah berada di stadium akhir sehingga membahayakan kesehatan jangka panjang.
Kanker paru, hati, dan lambung merupakan tiga jenis kanker dengan kematian tertinggi di dunia pada tahun 2020. Lebih rinci, kematian akibat kanker paru-paru sebanyak 1,8 juta dibanding kanker hati yang sebanyak 830 ribu pasien serta kanker lambung mencapai 789 ribu pasien. Scroll untuk info selengkapnya.
"Gejala pada kanker paru seringkali tidak tampak pada stadium awal, ini berakibat di mana data saat ini menunjukkan bahwa 60 persen pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, sebab kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC," ujar Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP, dalam webinar Selasa 8 November 2022.
Lebih lanjut Prof. Aru menyampaikan bahwa penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia. Termasuk modalitas diagnosis kanker paru sehingga kanker paru dapat diobati dengan tepat.
Senada, dalam kegiatan diskusi media memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia dan Bekerja di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI - RSUP Persahabatan, Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K), memaparkan perlu mewaspadai orang yang memiliki faktor risiko. Juga, pada mereka yang mempunyai gejala-gejala respirasi meski sulit membedakan dengan penyakit paru lainnya.
"Gejala yang timbul pada pasien kanker paru, di antaranya batuk yang persisten, darah pada mukus atau lendir, bernapas pendek, nyeri di area dada, kelelahan yang berlebihan, penurunan bobot badan dan penurunan nafsu makan," imbuhnya.
Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kanker paru yang paling utama adalah merokok. Selain itu kontak dengan zat-zat karsinogenik (Radon, Arsen, Asbestos), keluarga yang memiliki riwayat kanker paru, dan riwayat penyakit paru kronik lainnya.
Maka, bagi mereka yang merasakan gejala tersebut disertai faktor risiko yang dialami, patut melakukan skrining atau deteksi dini. Pada kelompok berisiko tinggi itu adalah upaya yang paling baik yang harus dilakukan untuk meningkatkan angka tahan hidup penderita kanker paru.
"Berdasarkan data Globocan 2020, di Indonesia terlihat masalah kanker paru ada dua poin penting yaitu jumlah kasus paru yang terus meningkat dan hanya dapat diatasi dengan melakukan pencegahan atau pengendalian faktor risiko kanker paru. Masalah kedua masih buruknya prognosisnya dibanding kanker lain yaitu dengan pendeknya angka harapan hidup akibat sebagian besar penyakit ditemukan pada stadium lanjut," kata dia.
Dokter Elisna menekankan bahwa pemeriksaan kanker paru sangatlah penting untuk memahami kanker yang dialami pasien secara spesifik. Dengan demikian, pasien dapat memperoleh pengobatan dengan hasil yang optimal dan bertahan hidup lebih lama.
"Maka usaha skrining atau deteksi dini akan secara langsung akan memperpanjang harapan hidup. Namun kabar baiknya, pasien kanker paru stadium lanjut yang mendapat pengobatan yang spesifik berdasarkan karakteristik kelainan molecular menunjukkan hasil yang baik," terangnya.