Nyaris 200 Pasien Anak Meninggal Akibat Gangguan Ginjal Akut
- freepik/lifeforstock
VIVA Lifestyle – Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. M Syahril mengatakan bahwa laporan kasus gangguan ginjal akut (GGA) masih terus bertambah, termasuk pasien yang meninggal dunia. Mirisnya, kasus kematian pasien GGA pada anak ini tercatat nyaris menyentuh angka 200 jiwa di 28 provinsi di Indonesia.
Dijelaskan dr Syahril, bertambahnya kasus baru yang tercatat hingga 6 November 2022, bukan berarti kejadian baru. Laporan itu melainkan kasus yang baru saja didata dengan kejadian yang sudah terjadi pada bulan Oktober 2022 lalu. Scroll untuk info selengkapnya.
"Masih ada 28 provinsi melaporkan dan saat ini jumlahnya ada 324 kasus," ujar Syahril dalam Konferensi pers virtual Kemenkes, Senin, 7 November 2022.
Dr. Syahril menambahkan bahwa hingga saat ini jumlah kasus tercatat di 28 provinsi dengan 102 angka kesembuhan pasien anak. Meski begitu, Syahril tak menampik kasus kematian masih bertambah walau pun angkanya tak lagi melonjak sejak peredaran obat sirup dihentikan sementara, yang diduga kuat pemicu anak-anak mengalami GGA.
"28 provinsi tadi, dengan jumlah kasus 324 yang dirawat 27 masih di RS seluruh Indonesia. Meninggal 195 dan sudah sembuh 102," kata Syahril.
Diakui Syahril, surat edaran pelarangan obat sirup sudah dilakukan sejak 31 Oktober dengan dampak penurunan penambahan kasus dan pasien meninggal dunia. Ada pun dari demografi kasus, anak balita atau usia 1 sampai 5 tahun paling banyak mengalami GGA. Sementara usia lainnya antara lain rentang usia 6-10 tahun sebanyak 26 anak meninggal dan 17 sembuh. Bawah 1 tahun sebanyak 27 anak meninggal dan 23 sembuh.
"Anak 1-5 tahun paling banyak di grafik. Ada juga di bawah 18 tahun, rentang 11-18 tahun, ada 11 anak yang meninggal, sembuh 29 pasien. Terbanyak usia 1-5 tahun ada 130 anak meninggal, dan 60 sembuh," kata Syahril.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi bahwa penyebab gangguan ginjal akut adalah cemaran tiga senyawa kimia yakni etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butyl ether (EGBE). Ketiga cemaran bahan kimia berbahaya itu ditemukan dari obat-obat yang dikonsumsi pasien gangguan ginjal akut sebelum dirawat di rumah sakit.
Menkes Budi menyebutkan bahwa kasus gangguan ginjal akut ini mulai melonjak di bulan Agustus 2022. Bersamaan dengan itu, kasus kematian balita di Gambia mencuat di awal Oktober dan sudah diselidiki oleh peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana penyebabnya dikaitkan dengan dua zat kimia yakni EG dan DEG.
"Begitu kita lihat, kita cek balik ke anak-anak yang kena, ada nggak zat-zat senyawa tersebut. Tesnya namanya toksikologi," kata Menkes Budi dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Jumat 21 Oktober 2022.
"Konfirm bahwa in disebabkan senyawa kimia etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butyl ether (EGBE)," tambah Menkes Budi.