Intai Generasi Muda, Peneliti Temukan Botol Bekas Cegah Penularan TBC

Ilustrasi batuk/COVID-19/virus corona/masker.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA Lifestyle – Tuberculosis atau TBC dapat mengintai berbagai kalangan di semua usia, termasuk generasi muda. Apalagi, perubahan pola hidup yang dijalani di era ini memicu banyaknya pergeseran penyakit yang mengintai usia muda, tak terkecuali TBC.

TBC merupakan penyakit sangat menular yang menginfeksi tubuh akibat bakteri. Umumnya, kuman pemicu TBC menyerang organ paru-paru, meski tak menutup kemungkinan bisa mengintai organ lainnya. Akan tetapi, TBC sendiri mulai mengintai usia muda lantaran gaya hidup, terutama anak muda yang mulai merokok di usia dini.

"Mungkin karena merokok tapi merasa bahwa itu batuk biasa. Intinya kita nggak boleh menafikan bahwa generasi muda tidak menerima ancaman. Kita harus sama-sama waspada karena bisa mengenai siapa saja," ujar Country Leader of Communication & Public Affairs PT Johnson & Johnson, Devy Yheanne, dalam acara The SDGs National Seminar Series yang diselenggarakan oleh Bakrie Center Foundation.

Ilustrasi pasien TBC.

Photo :
  • Dokumentasi IPB

Tak heran, Devy mengaku pihaknya menyasar generasi muda untuk lebih peduli dan terlibat dalam pencegahan dan penanggulangan TBC di lingkungan masing-masing. Terlebih, dengan faktor pandemi yang membuat fasilitas kesehatan sempat memburuk selama 2 tahun terakhir.

“Edukasi terkait TBC harus selalu kita lakukan, bersama-sama. Karena masih banyak informasi yang tidak tepat tentang TBC. Selama 2 dekade kami melakukan edukasi, advokasi, pendanaan untuk menunjang fasilitas kesehatan yang lebih baik terutama dalam menangani TBC. Lebih dari 470 ribu penanganan TBC Multi Drug Resistence (MDR) yang telah kami lakukan di 153 negara, termasuk 30 negara dengan tingkat risiko TB tertinggi,” jelas Devy. 

Devy melanjutkan bahwa pihaknya menyatukan inisiatif seluruh Asia Pasifik untuk memobilisasi dan memberdayakan pemuda usia 18-29 tahun untuk ikut turun tangan mewujudkan Eliminasi TBC. Salah satunya melalui gamifikasi TB Warriors yang ditujukan untuk mengedukasi generasi muda terkait TBC. 

“Kami mengajak para remaja untuk membagikan permainan TB Warriors di jejaring media sosial, kemudian mereka ikut berpartisipasi dalam permainan dan dari sana menunjukkan bagaimana para remaha ini berkomitmen untuk menjadi Pejuang TBC,” lanjut Devy. 

Inovasi dalam rangka mempercepat eliminasi TBC, terutama pada generasi muda, turut dilakukan oleh seorang peneliti asal Sumatera Utara, Prof. Sorimuda Sirumpaet yang berhasil menemukan botol SoSa untuk mencegah penularan TB terutama dalam proses pemeriksaan TB melalui dahak. Botol SoSa (Sori Syarifah) merupakan sebuah inovasi yang ditemukan oleh Prof. Sorimuda Sirumpaet dan Dra. Sarifah dari Universitas Sumatera Utara. 

Dalam penggunaannya, botol Sosa diisi oleh cairan lisol 5-20% yang dapat membunuh kuman TB dalam dahak. Kantong SoSa pernah diuji dalam upaya pemutusan mata rantai penularan TBC paru. 

“Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan melalui dahak dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut,” jelas Sorimuda dalam sesi The SDGs National Seminar saat membahas tentang inovasi untuk menanggulangi TBC. 

Inovasi kantung SoSa ini telah mendapatkan Hak Paten Sederhana dari Kementerian Hukum dan HAM Indonesia. Di tahun 2021, pengembangan kantong SoSa telah digunakan untuk menurunkan insiden TB Paru di Kabupaten Samosir. 

“Peneliti dan akademisi sebagai bagian dari stakeholder juga memiliki peranan penting dalam menciptakan inovasi dan mengembangkan keilmuan untuk eliminasi TBC ini,” sambungnya.