Tak Nangis saat Lahir, Awas Bayi Idap Penyakit Jantung
- Pixabay.com/cynthia_groth
VIVA Lifestyle – Pada umumnya, bayi yang baru lahir ditandai dengan tangisannya yang memecah seluruh ruangan saat persalinan. Rupanya, tangisan tersebut juga bisa menjadi tanda si kecil mengidap penyakit jantung yang bila tak ditangani segera dapat berakibat fatal.
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang didapat sejak anak masih berada di dalam kandungan. Kelainan ini dapat terjadi pada dinding jantung, katup jantung, maupun pembuluh darah yang ada di dekat jantung. Fakta terkuak bahwa PJB diidap oleh nyaris setengah bayi yang lahir.
"Ternyata seperempat dari bayi yang lahir dengan PJB merupakan penderita PJB kritis yang membutuhkan penanganan medis dalam satu tahun pertama," ujar Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Radityo Prakoso, Sp.JP(K), FIHA, dalam acara virtual Peringatan Hari Jantung Sedunia bersama Yayasan Jantung Indonesia, Rabu 28 September 2022.
Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI) itu menggarisbawahi bahwa ada sejumlah gejala yang bisa nampak pada anak yang mengidap PJB sejak dini. Hal itu terlihat dari mulainya tubuh bayi yang berwarna biru atau sianosis.
Ada pun gejala PJB sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu sianotik atau menunjukkan tanda kebiruan dan asianotik atau tidak menunjukkan tanda kebiruan. Pada sianotik, muncul tanda kebiruan di sekitar bibir, lidah, dan kuku.
"Namun, gejala PJB asianotik dapat diamati ialah mudah lelah saat beraktivitas, pucat, detak jantung yang cepat. Penderitanya bisanya mengalami keterlambatan pada pertumbuhan serta perkembangan," jelasnya.
Selain itu, irama napas lebih cepat disertai keringat dingin. Bahkan, yang sebenarnya mudah dikenali namun kerap tak disadari yaitu saat bayi tak ada keinginan untuk menyusui, serta tak menangis saat lahir.
"Biasanya bayi lahir nangis, ya. Namun, kalau bayinya lahir tidak menangis dan tampak kebiruan, kita harus curiga. Apakah ini menderita penyakit jantung bawaan," beber dokter Radityo.
Upaya deteksi dapat dilakukan dokter dengan menghitung kadar oksigen pada bayi di 24 jam pertama sejak lahir. Namun sebenarnya, langkah pencegahan sejak dini pun diperlukan dengan melakukan skrining premarital sebelum menikah. Selain itu, penting melakukan konseling prenatal guna mengidentifikasi dan memodifikasi gejala PJB dengan ubah gaya hidup serta faktor risikonya.
"Skirining premarital penting untuk mendeteksi PJB, misalnya apakah ada riwayat jantung bawaan. Kemudian, adakah masalah lain, seperti kelainan metabolik dan sebagainya," tandasnya.