"Ngidam" Makanan Manis Saat Stres? Ternyata, Ini Penjelasan Ahli

Ilustrasi cokelat.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Lifestyle – Pernahkah kamu merasa sedang stres atau tertekan, lalu tiba-tiba tubuh menginginkan atau "ngidam" makanan yang manis? Hal ini ternyata banyak dirasakan oleh orang-orang lho. Berikut penjelasannya. 

Otak adalah bagian tubuh yang bertanggung jawab terhadap stres. Seperti dilansir Scientific America, meskipun hanya sebesar 2 persen dari total massa tubuh manusia, namun otak mengonsumsi separuh dari asupan karbohidrat yang masuk dalam tubuh. Yuk scroll untuk lengkapnya. 

Stres dipicu oleh pelepasan hormon kortisol dari hipoccampus yang terdapat pada otak. Pelepasan kortisol memicu peningkatan denyut jantung, tekanan darah, gula darah, pernapasan, dan fungsi otot.

Ilustrasi lupa/stres.

Photo :
  • Pixabay

Mekanisme ini sebenarnya bermanfaat untuk meningkatkan saat kamu berhadapan dengan situasi penuh tekanan. Namun, jumlah kortisol yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan rasa stres, rasa cemas, serta gejala depresi.

Keinginan makan manis saat stres diduga berkaitan dengan kortisol dalam tubuh. Dilansir dari National Geographic, penelitian mengatakan bahwa mengonsumsi makanan manis atau mengandung gula dapat menurunkan jumlah kortisol di dalam tubuh. Sehingga, respons otak dalam menanggapi stres akan ikut membaik.

Meski demikian, hubungan langsung antara asupan gula dengan stres masih perlu dikaji lebih lanjut. Asupan gula bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi aktivitas hippocampus. Masih ada faktor lainnya yang perlu diteliti.

Makan manis saat stres memberikan energi untuk otak

Ilustrasi Efek Samping Cokelat

Photo :
  • U-Report

Otak membutuhkan energi agar bisa menjalankan fungsinya. Rata-rata, otak orang dewasa menggunakan 20 persen energi total yang dimiliki tubuh. Ketika stres, organ vital ini membutuhkan energi tambahan sebanyak 12 persen.

Sumber energi otak berasal dari karbohidrat, dan gula (glukosa) adalah jenis karbohidrat yang paling mudah diubah menjadi energi. Kekurangan asupan karbohidrat, ditambah kondisi stres dan lapar, dapat menurunkan sejumlah fungsi otak.

Salah satu fungsi otak adalah mengatur metabolisme tubuh, pencernaan, dan kemampuan berpikir. Saat kekurangan glukosa, otak tidak dapat menjalankan fungsi ini karena terhalang oleh sejenis saraf di dalam hipotalamus.

Inilah yang membuat kamu ingin makan manis saat stres. Otak tidak memiliki cukup energi untuk berfungsi dengan semestinya, dan makanan manis adalah sumber karbohidrat paling sederhana yang bisa digunakan dengan cepat.

Gula merangsang perasaan bahagia

Ilustrasi makanan manis.

Photo :
  • U-Report

Asupan gula dapat merangsang pelepasan hormon dopamin dan bagian otak yang disebut nucleus accumbens. Kedua faktor ini menimbulkan perasaan bahagia yang kuat. Perasaan tersebut bahkan serupa dengan efek konsumsi kokain dan heroin.

Selain itu, asupan gula juga memicu pelepasan hormon serotonin. Hormon ini memberikan efek yang menenangkan sehingga stres terasa mereda. Efek inilah yang menimbulkan kesan seolah makanan manis dapat mengatasi stres.

Akan tetapi, efek ini tidak terasa saat kamu mengonsumsi makanan dengan pemanis buatan. Rasa manis yang dihasilkan hanya memicu otak dan tubu untuk makan lebih banyak. Akibatnya, kamu makan banyak makanan manis saat stres.

Maka dari itu, keinginan kita untuk makan karbohidrat adalah sinyal bahwa otak kekurangan energi, meskipun seluruh bagian tubuh memiliki asupan karbohidrat yang cukup.

Achim Peters, peneliti orak dan diabetologis dari Selfish Brain Clinical Research Group di Universitas Lubeck melakukan penelitian dengan 40 subjek dibagi dalam 2 sesi. Pada sesi satu, partisipan diminta berpidato selama masing-masing 10 menit di depan orang-orang asing. Sesi lainnya, mereka tidak harus berpidato. Pada akhir setiap sesi, tingkat hormon stress, kortisol dan adrenalin dalam darah diukur. Disediakan jamuan makan pula bagi para subjek.

Makanan Manis

Photo :
  • vstory

Partisipan yang berpidato sebelum makan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan mengonsumsi karbohidrat lebih banyak 34 gram daripada mereka yang tidak berpidato. Tubuh menginginkan asupan gula ketika seseorang merasa stress.

“Ketika kita dalam tekanan, hormon kartisol meningkat tajam dan itu menyebabkan kita menginginkan makanan manis karena makanan manis memicu hormon serotonin, yang menenangkan sekaligus melegakan. Itu adalah cara tubuh kita untuk lebih santai,” ujar Rebbeca Scritchfield, seorang konsultan diet seperti dikutip dari Huffington Post.

Saat stres, orang bisa saja makan apapun, seperti yang dialami partisipan dalam subjek penelitian Peters, meskipun sebenarnya otak hanya butuh asupan gula.

Namun, tentu harus ada batasan ketika mengonsumsi makanan manis, karena terlalu banyak mengonsumsi makanan manis tinggi gula seperti cokelat, permen, kue dan lainnya tidak terlalu baik jika dimakan berlebihan.