Dokter Anak Ungkap Dugaan Penyebab Hepatitis Akut Misterius
- The Sun
VIVA Lifestyle – Hepatitis akut misterius tanpa sebab sempat menjadi buah bibir lantaran khawatir menjangkiti banyak masyarakat Indonesia, terutama anak-anak. Meski kasusnya tak lagi heboh, namun kasus hepatisis akut tersebut masih ada dan dokter menduga pandemi menjadi salah satu penyebabnya.
Pertengahan tahun 2022, yang juga masih di era pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa ada penyakit menular lainnya yang bisa membahayakan, yakni hepatitis akut. Yuk scroll selengkapnya di bawah ini.
Kasusnya sempat menjadi perhatian masyarakat dunia, namun mereda seiring waktu. Namun, Dokter Spesialis Kesehatan Anak Prof. Hanifah Oswari, SpA(K), menegaskan penyakit tersebut masih ada dan mengintai.
"Perkembangan dari Hepatitis ini kita belum mengetahui penyebabnya. Memang tetap ada terus-menerus tetapi tidak sebanyak di awal-awal kita ketemu," ujarnya dalam keterangan pers Kementerian Kesehatan, dikutip Minggu 18 September 2022.
Meski belum diketahui pasti penyebabnya, tak sedikit yang mengaitkannya dengan kondisi pandemi dan hal itu tak terbantahkan oleh Prof Hanif.
Menurutnya, hepatitis akut bisa dipicu oleh immunity gap, yang mana terjadi lantaran anak-anak jarang bersosialisasi dengan orang lain karena sempat adanya lockdown.
"Immunity gap itu imunnya tidak terbentuk untuk keadaan tertentu. Kita tahu, bahwa waktu pandemi anak-anak cenderung 'disembunyikan', dikunci dari dalam rumah oleh orangtuanya," jelas Prof Hanif.
Minimnya anak beraktivitas di luar rumah, bahkan belajar juga dari rumah, rupanya membuat interaksi sosial pun terhambat. Meski itu menjadi cara dalam mencegah penularan COVID-19, namun hal tersebut membuat anak jarang sakit sehingga kekebalan alami dari penyakit tak terbentuk.
"Itu (lockdown) hal baik. Tapi di lain pihak anak-anak itu jarang sakit. Ada kemungkinan respons imun tidak teraktivasi sehingga bisa terjadi immunity gap. Pada 100 tahun lalu pada pandemi influenza terjadi keadaan seperti ini (immunity gap). Itu yang membuat orang berspekulasi (hepatitis akut misterius) pada anak-anak," tambahnya.
Ada pun, Kemenkes melaporkan 91 kasus dugaan hepatitis akut. Dari data itu, 35 probable (diduga mengidap) hepatitis dan 7 pending.
Status pasien dari 35 probable dan 7 pending, paling banyak jenis kelamin laki-laki usia 0 sampai 5 tahun. Artinya, usia anak rentan terjangkit virus tersebut.
"Istilah immunity gap mungkin saja bida terjadi hepatitis akut karena immunity gap, tidak ada stimulasi dari penyakit akibat 'disembunyikan' oleh keluarga. Tapi (kaitan itu) bukan suatu kepastian," tandasnya.