Muncul Banyak Mutasi COVID-19, Ahli Tegaskan Tak Perlu Vaksin Baru
- Pixabay/Tumisu
VIVA Lifestyle – Virus corona atau COVID-19 terus bermutasi yang membuat sifat virus tersebut kian sulit dicegah oleh imunitas tubuh manusia. Kendati begitu, Dokter Spesialis Pulmonologi dan Pengobatan Pernafasan (Paru-Paru), Dr. dr. Erlina Burhan, MSc., Sp.P.(K), menegaskan bahwa vaksin yang sudah ada masih cukup efektif menangkalnya.
"Tidak terlalu emergency untuk buat vaksin baru untuk varian baru. Sementara ternyata vaksin tersedia masih bisa melindungi," ujar Erlina dalam webinar bersama AstraZeneca, Kamis 15 September 2022. Scroll untuk info selengkapnya.
Sementara itu, vaksin bivalen kian digemakan oleh pakar untuk dipakai dalam mengatasi pandemi yang tak kunjung usai. Vaksin bivalen sendiri menargetkan virus varian asli dan varian Omicron agar melindungi individu lebih kuat. Erlina menilai, jenis vaksin bivalen mampu mengantisipasi varian COVID-19 yang terus bermutasi.
"Ini sesuatu yang baik karena bisa hadapi 2 varian berbeda. Antisipasi itu perlu. Apalagi situasi virus sangat dinamis. Maka sebab itu kita harus bersiap-siap. Ini suatu perkembangan bagus dan dapat kita terima," ujar Erlina lagi.
Di sisi lain, Erlina mengatakan bahwa vaksin buatan dalam negeri yakni Merah Putih, juga memungkinkan untuk digunakan sebagai vaksin primer dan booster dengan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI). Erlina berharap, vaksin buatan negeri ini dapat segera diberikan pada masyarakat luas sehingga pandemi pun bisa diakhiri.
"Saya kira kita tunggu dari ITAGI dan BPOM. Ini persetujuan mereka bisa untuk primer dan booster. Biasa kalau ada vaksin baru dipakai untuk primer dulu. Perlu penelitian juga apakah visible untuk booster. Kalau untuk primer berhasil mestinya untuk booster juga berhasil," bebernya.
Senada, Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serta Anggota ITAGI, Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), M. Trop.Paed, menyebutkan bahwa BPOM yang pada akhirnya memberi jawaban untuk penggunaan vaksin buatan negeri itu untuk nantinya digunakan pada vaksinasi primer atau booster. Namun Prof Hinky berharap, vaksin Merah Putih segera dapat diselesaikan penelitiannya dan dapat digunakan secara luas.
"Untuk menilai vaksin, itu akan ke BPOM muaranya untuk dikaji apakah aman atau daya lindung cukup. Tentu harus kita dukung namun penelitian perlu waktu tidak bisa instan dan biaya tidak sedikit. Tapi kita hargai mudah-mudahan cepat selesai studi, cepat selesai EUA (Emergency Use Authorization) dan bisa dipakai," imbuhnya.