Badan Riset Kanker (IARC): BPA Tidak Menimbulkan Zat Karsinogenik

Ilustrasi sel kanker.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Hingga saat ini, IARC, badan Riset Kanker di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak mengkategorikan BPA sebagai zat yang menimbulkan kanker (karsinogenik). 

Menurut situs resmi Otoritas Keamanan Pangan Amerika Serikat (FDA), IARC masih mengkategorikan BPA masuk di grup 3 (tidak termasuk zat karsinogenik. Namun, acetaldehyde (zat yang digunakan dalam pembuatan plastik PET, justru masuk ke grup 2B (berpotensi karsinogenik). Scroll untuk informasi selengkapnya.

IARC mengklasifikasikan karsinogenik dalam 4 grup. Kelompok 1, karsinogenik untuk manusia. Kelompok 2A, kemungkinan besar karsinogenik untuk manusia. Kelompok 2B, dicurigai berpotensi karsinogenik untuk manusia. Kelompok 3, tidak termasuk karsinogenik pada manusia. Kelompok 4, kemungkinan besar tidak karsinogenik untuk manusia.

"FDA (The United States Food and Drug Administration) juga menyatakan upaya produsen bisa dibuat menjadi sangat rendah dan mungkin bisa sampai ke level tidak terdeteksi,” ungkap DR Nugraha Edi Suyatma, dosen dan peneliti senior dari IPB, dalam keterangannya, Kamis 15 September 2022. 

Ilustrasi BPA.

Photo :
  • Pixabay.

Otoritas Keamanan Makanan Eropa atau European Food Safety Authority (EFSA) menyatakan hingga saat ini BPA tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan manusia, karena paparannya selama ini masih sangat terlalu rendah, masih di bawah ambang batas yang dapat ditoleransi tubuh manusia. Oleh karena itu, EFSA memperbolehkan plastik polikarbonat untuk digunakan sebagai kemasan makanan minuman.

Sementara itu, pada jurnal ilmiah Genetics, baru-baru ini mempublikasikan penelitian kelompok peneliti dari Harvard Medical School yang menunjukkan bahwa BPA bisa dinetralisir oleh zat coenzyme Q10 (CoQ10). Zat ini secara alamiah mampu diproduksi oleh tubuh manusia, juga ditemukan pada makanan berbahan daging sapi dan ikan.

Anggota DPR Komisi IX dari Fraksi PDIP Rachmat Handoyo menyatakan bahwa rencana Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk merevisi Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, khususnya pelabelan Biosphenol-A (BPA) pada Air Kemasan Galon, tidak ada urgensinya bagi rakyat.

Dr. Nugraha, Dosen dan Peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center Institut Pertanian Bogor (IPB) mengemukakan, bahwa rencana pelabelan BPA ini akan menimbulkan mispersepsi pada konsumen, seolah kemasan plastik lain di luar polikarbonat terkesan aman. 

Ilustrasi galon.

Photo :
  • Pixabay

"Padahal BPA ada di mana-mana tidak hanya di galon polikarbonat, ada di kemasan kaleng, bahkan di botol bayi, itu juga harus dilabeli semua," ujarnya. 

Berdasarkan sebuah penelitian, kata Dr. Nugraha, kandungan BPA justru terbanyak ada pada kemasan makanan kaleng, dengan hampir 90 persen bahan enamel pada kaleng merupakan hasil polesan epoksi yang bahan bakunya adalah BPA. Upaya menetapkan aturan label BPA menurutnya seperti membuat persepsi bahwa kemasan dengan label BPA free sudah aman. 

“Padahal belum tentu. Karena dari PET juga memiliki risiko dari kandungan yang lain, seperti dari kandungan acetaldehyde lalu etilen glikol, dan dietilen glikol. Acetaldehyde sendiri telah diakui mengandung unsur karsinogenik (pemicu kanker," paparnya. 

Karenanya, Nugraha mempertanyakan apakah wacana pelabelan BPA pada kemasan Polikarbonat memang benar-benar memberikan efek yang positif atau justru akan semakin membuat bingung masyarakat. Sebab, dia melihat ada pasal-pasal dari revisi peraturan terkait pelabelan BPA ini yang sudah menjadikan wacana tersebut menjadi sangat heboh di masyarakat.

Ilustrasi minum air.

Photo :
  • Pexels/Lisa Fotios

Hal ini juga diperkuat juga oleh Dr. M. Alamsyah Aziz, SpOG (K), M.Kes., KIC, dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Dia mengatakan sampai saat ini tidak pernah menemukan adanya gangguan terhadap janin karena ibu mengonsumsi air mineral kemasan galon. 

Karenanya, dia meminta para ibu hamil agar tidak khawatir mengonsumsi air minum dalam kemasan galon guna ulang, karena dinilai aman dan tidak berbahaya terhadap ibu maupun janin.

"Sampai saat ini, BPA yang ditemukan di dalam air akibat luruhan dari kemasannya itu sangat rendah sekali. Masih dalam batas ambang aman, baik itu yang sudah dikeluarkan BPOM dan WHO. Data-data yang kita temukan, 1.000 kali lebih aman dibanding batas ambang yang sudah ditentukan. Jadi, jangan khawatir untuk mengonsumsi air dari galon guna ulang," katanya.