Mengapa Wanita Mudah Marah Saat PMS? Ternyata, Ini Penyebabnya
- U-Report
VIVA Lifestyle – Sebagian besar wanita , pasti mengalami perubahan suasana hati menjelang atau selama menstruasi, seperti mudah bad mood, bersedih, hingga sering marah-marah. Hal ini bernama Pramenstruation Syndrome. Pramenstruation Syndrom atau sering disingkat PMS adalah sebuah sindrom ketika wanita merasakan rasa sakit secara fisik maupun emosi menjelang menstruasi atau pra menstruasi.
Meski banyak pria yang menganggap bahwa PMS terkesan lebay, namun kondisi ini benar adanya dan terdapat penjelasan medis mengeni hal ini.
Saat PMS, wanita akan merasakan perasaan sedih, marah, gundah, bad mood dan lainnya. PMS bisa menyebabkan perubahan suasana hati yang liar dan tak terkendali pada beberapa wanita, biasanya berubah dari rasa sedih menjadi ledakan kemarahan dan serangan kecemasan.
Selain itu, sekitar 75 persen wanita merasakan gejala PMS seperti sakit kepala, berat badan bertambah, kembung, payudara nyeri, gelisah, depresi, kelelahan, dan perasaan tidak terkendali. Rata-rata gejala ini dapat terjadi dalam 2 minggu sebelum menstruasi.
Menurut Carol Livoti, seorang ginekolog New York City dan rekan dari American College of Obstetricians dan Ginekolog, mengutip dari Every Day Health, bahwa PMS menyebabkan emosi naik turun. "Anda akan mengetahui naik turunnya emosi seorang wanita karena PMS, jika hal itu terjadi secara konsisten seminggu hingga 2 minggu sebelum menstruasi. Lalu, hal ini akan berhenti pada satu atau dua hari setelah menstruasi," jelasnya.
Dilansir dari Everydayhealth, peneliti sebetulnya tidak tahu pasti alasan PMS bisa memicu gangguan emosi pada wanita, namun secara umum hal ini dianggap akibat gejolak hormon estrogen.
Saat siklus menstruasi, kadar estrogen meningkat perlahan sampai menstruasi wanita berakhir. Puncak hormonal dianggap menyebabkan perubahan suasana hati.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hormon wanita berinteraksi dengan otak yang dapat mempengaruhi suasana hati saat PMS. Oleh sebab itu, suasana hati wanita cepat berubah.
"Penurunan kadar estrogen selama fase luteal dari siklus mungkin dapat menyebabkan penurunan serotonin, meskipun penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi hubungan ini," jelas Livoti.
Penelitian lain mengatakan bahwa hal ini normal terjadi, karena saat menstruasi estrogen dan progesteron akan meningkat dan memberikan respon pada perubahan hormon. Oleh karena itu, jika pasangan dan atau ibu Anda mengalami PMS jangan mencari obat karena itu bukanlah sebuah penyakit.