Jangan Lengah, Sindrom Peradangan Hebat Bisa Ancam Anak Pasca COVID-19

Ilustrasi anak sakit.
Sumber :
  • Pexels/Cottonbro

VIVA – Meski kasus COVID-19 beberapa waktu lalu sempat melandai, namun dalam beberapa minggu terakhir terjadi peningkatan kasus lagi. Hal ini dipicu dengan penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Yogi Prawira, SpA (K) mengungkap bahwa dalam 2-3 minggu terakhir juga terjadi peningkatan kasus anak, baik yang membutuhkan perawatan di ruang biasa atau di ICU.

Dokter Yogi juga mengatakan bahwa banyak yang berasumsi bahwa pada anak-anak gejala infeksi COVID-19 hanya tampak pada fase akut atau fase awal saja.

Faktanya, para dokter banyak ditemukan peningkatan kondisi MIS-C (multisystem inflammatory syndrome in children) yaitu sindrom peradangan yang terjadi di berbagai sistem organ pasca COVID-19.

Ilustrasi anak pakai masker.

Photo :
  • Freepik/jcomp

Lantas, bagaimana mengetahui anak mengalami sindrom ini. Menurut dr. Yogi, cara membedakannya adalah jika anak dari fase akut menjadi kritis biasanya adalah anak yang memiliki komorbid seperti penyakit jantung bawaan, ginjal kronik, defisiensi sistem imun.

"Kalau pasca COVID terjadi pada anak yang imunitasnya baik, sehat-sehat saja, remaja yang aktif. Beberapa minggu atau bulan setelah COVID teratasi, sudah negatif, baru timbul peradangan hebat," kata dr. Yogi dalam talkshow "Liburan Sehat, Anak Aman COVID-19, Rabu 29 Juni 2022.

Karena itu, dr. Yogi menekankan pentingnya pencegahan agar hal ini tidak terjadi. Jadi, setiap ingin bepergian entah itu ke mal atau tempat lainnya, perhitunkan bagaimana faktor risiko sekeluarga.

Saat ini, subvarian Omicron yang ada dikatakan lebih menular tapi keparahannya tidak bertambah. Tapi, masalah yang terjadi adalah kepatuhan masyarakat dalam protokol kesehatan yang mengalami penurunan.

"Sebagian sudah merasa lelah untuk mengerjakan, padahal anak-anak adalah peniru ulung kalau orang dewasa tidak mencontohkan bagaimana mereka mau ikuti," lanjut dia.

Pada anak-anak di bawah 5 tahun, vaksinasi tidak dikerjakan sehingga mereka lebih rentan. Karena itu, protokol kesehatan harus dijaga.

"Kalau mau melakukan perjalanan cari lokasi outdoor, yang ventilasinya terbuka, ada aliran udara. Walaupun outdoor kondisi saat ini kasus meningkatkan jadi disarankan menggunakan masker untuk anak di atas 2 tahun," tambah dr. Yogi.