Menurut Penelitian, Patah Hati Akut Bisa Sebabkan Kematian
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Setiap orang di dunia, pasti pernah merasakan patah hati. Ada yang beruntung hanya merasakannya sekali, namun ada pula yang kurang beruntung dan harus merasakannya berkali - kali. Patah hati bisa disebabkan karena kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan impian dan lainnya.
Patah hati yang berkepanjangan dan terlalu dalam, menurut penelitian bisa menyebabkan kematian, lho. Saking sedihnya, seseorang yang patah hati akan merasakan nyeri dada secara tiba-tiba. Dapat pula disertai sesak napas, jantung berdebar, dan lemas. Semua gejala ini mirip seperti serangan jantung.
Ternyata, dalam dunia medis, hal ini ada penjelasannya. Dalam dunia medis, beberapa keluhan seperti di atas dikenal sebagai Broken Heart Syndrome (BHS), atau Takotsubo Cardiomyopathy. BHS merupakan perubahan kondisi jantung yang bersifat sementara.
Saat terjadi stres yang berlebihan, produksi hormon stres seperti adrenalin ikut meningkat. Akibatnya jantung mengalami pembengkakan pada sebagian area sehingga kesulitan untuk memompa darah. Bagian jantung lainnya yang masih normal dituntut untuk memompa darah lebih keras dari biasanya. Jika dibiarkan berlarut untuk waktu yang lama, kondisi ini lama-kelamaan akan menyebabkan kerusakan yang permanen pada otot jantung dan berujung pada kegagalan fungsi jantung (gagal jantung).
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam JAMA Internal Medicine pada 2014, menemukan teori bahwa seseorang yang ditinggal oleh orang yang dicinta atau pasangan meninggal dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke dalam beberapa bulan setelahnya.Sindrom patah hati juga bisa menyebabkan depresi.
Bagaimana mengatasinya?
Menurut dr. Christopher Magovern, seorang ahli jantung di Morristown Medical Center, New Jersey, cara terbaik adalah menghindari momen yang membuat stres semakin parah. Belajar untuk lebih terbuka pada orang lain dan mencari dukungan dari mereka. Berikut ini adalah hal lain yang bisa dilakukan, seperti:
c. Bermeditasi, olahraga, atau melakukan yoga untuk mengelola stres
b. Berbicara pada orang yang disayangi
d. Menonton film komedi
e. Menemui Psikolog atau Psikiater
f. Pergi bersama teman, terutama yang lajang
g, Memelihara binatang peliharaan yang berbulu; seperti kucing atau anjing