Gejala HIV/AIDS, Lengkap dengan Pengobatan dan Pencegahannya
- Freepik
VIVA – Gejala HIV (Human immunodeficiency virus) atau yang biasa disebut penyakit AIDS dapat dilihat secara fisik. Gejala HIV akan lebih jelas terlihat ketika diperiksa dengan penanganan dokter. Seperti diketahui, HIV adalah virus yang menyebabkan infeksi HIV. Yang pada akhirnya dapat menyebabkan sindrom imunodefisiensi atau AIDS yang, bisa membuat penderitanya meninggal secara perlahan-lahan.
HIV selalu menjadi kondisi yang menakutkan, tetapi hari ini, dengan bantuan sains dan kesadaran, dapat dikendalikan. Dengan perawatan yang tepat, infeksi ini hanya dapat mempengaruhi penderitanya saja.
Dilansir dari laman RSUD dr. Mohammad Soewandhi yang disampaikan oleh dr. Ita Puspita Dewi, Sp.DV, FINSDV, FAADV dan dr. Ratnawati, Sabtu, 18 Juni 2022, ada pun faktor HIV/AIDS masuk melalui dua jalur yaitu melalui cairan kelamin dan darah, sehingga faktor risiko HIV/ AIDS berhubungan dengan kedua hal tersebut antara lain:
- Sering berganti pasangan
- Melakukan hubungan seksual yang beresiko baik homoseksual maupun heteroseksual
- Menggunakan jarum suntik narkoba secara bersamaan
- Penularan dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS melalui plasenta ke janin
Gejala HIV/AIDS
Stadium 1
Fase ini disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik dimana gejala HIV awal masih tidak terasa. Fase ini belum masuk kategori sebagai AIDS karena tidak menunjukkan gejala. Apabila ada gejala yang sering terjadi adalah pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa bagian tubuh seperti ketiak, leher, dan lipatan paha. Penderita (ODHA) pada fase ini masih terlihat sehat dan normal namun penderita sudah terinfeksi serta dapat menularkan virus ke orang lain.
Stadium 2
- Daya tahan tubuh ODHA pada fase ini umumnya mulai menurun namun, gejala mulai muncul dapat berupa:
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Penurunan ini dapat mencapai kurang dari 10 persen dari berat badan sebelumnya
- Infeksi saluran pernapasan seperti siunusitis, bronkitis, radang telinga tengah (otitis), dan radang tenggorokan
- Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari
- Herpes zoster yang timbul bintil kulit berisi air dan berulang dalam lima tahun
- Gatal pada kulit
- Dermatitis seboroik atau gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe, dan berwarna kemerahan
- Radang mulut dan stomatitis (sariawan di ujung bibir) yang berulang
Stadium 3
Pada fase ini mulai timbul gejala-gejala infeksi primer yang khas sehingga dapat mengindikasikan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Gejala pada stadium 3 antara lain:
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan tanpa penyebab yang jelas
- Penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan sebelumnya tanpa penyebab yang jelas
- Demam yang terus hilang dan muncul selama lebih dari satu bulan
- Infeksi jamur di mulut (Candiasis oral)
- Muncul bercak putih pada lidah yang tampak kasar, berobak, dan berbulu
- Tuberkulosis paru
- Radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi (periodontitis) yang tidak kunjung sembuh
- Penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit
Stadium 4
Fase ini merupakan stadium akhir AIDS yang ditandai dengan pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh dan penderita dapat merasakan beberapa gejala infeksi oportunistik yang merupakan infeksi pada sistem kekebalan tubuh yang lemah. Beberapa gejala dapat meliputi:
- Pneumonia pneumocystis dengan gejala kelelahan berat, batuk kering, sesak nafas, dan demam
- Penderita semakin kurus dan mengalami penurunan berat badan lebih dari 10%
- Infeksi bakteri berat, infeksi sendi dan tulang, serta radang otak
- Infeksi herpes simplex kronis yang menimbulkan gangguan pada kulit kelamin dan di sekitar bibir
- Tuberkulosis kelenjar
- Infeksi jamur di kerongkongan sehingga membuat kesulitan untuk makan
- Sarcoma Kaposi atau kanker yang disebabkan oleh infeksi virus human herpesvirus 8 (HHV8)
- Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma otak yang menimbulkan abses di otak
- Penurunan kesadaran, kondisi tubuh ODHA sudah sangat lemah sehingga aktivitas terbatas dilakukan di tempat tidur
Diagnosis HIV/AIDS
Apabila menyadari perilaku kita beresiko, segera melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Penanganan awal yaitu dengan diagnosa untuk mendeteksi apakah seseorang tersebut terinfeksi HIV. Diagnosis HIV ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium. Jenis pemeriksaan laboratorium HIV dapat berupa:
Tes serologi yang terdiri dari:
- Tes cepat (Rapid Test)
- Tes Enzyme Immunoassay (EIA)
Tes virologis yang terdiri dari:
- HIV DNA kualitatif (EID), tes ini digunakan untuk mendiagnosis keberadan virus pada bayi berumur kurang dari 18 bulan
- HIV RNA kuantitatif, tes ini digunakan untuk memeriksa jumlah virus dalam darah
Pengobatan HIV/AIDS
Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa antiretroviral (ARV) yang bekerja untuk mencegah virus HIV menggandakan diri dan menghancurkan sel CD4. Pengobatan ini dapat digunakan untuk ibu hamil agar mencegah penularan HIV ke janin. Namun perlu diingat bahwa pengobatan ini harus dilakukan rutin dan diminum sesuai jadwal, di waktu yang sama setiap hari agar perkembangan virus dapat dikendalikan.
Pencegahan HIV/AIDS
Penularan HIV dapat dicegah melalui langkah-langkah sebagai berikut:
- Saling setia terhadap pasangan, hindari berganti-ganti pasangan
- Hindari penggunaan narkoba terutama melalui jarum suntik
- Edukasi HIV yang benar mengenai cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya, dapat membantu mencegah penularan HIV di masyarakat.