Serangan Jantung Bisa Diselamatkan, Pahami Dulu Gejala & Penanganannya
- Freepik/rawpixel.com
VIVA – Serangan jantung merupakan gangguan aliran darah di pembuluh darah jantung sehingga otot jantung mengalami kerusakan, atau disebut juga dengan infark miokard, di mana penyebab utama kondisi ini adalah penyakit jantung koroner.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sedikitnya 15 dari 1000 orang atau sekitar 2.784.064 orang di Indonesia menderita penyakit jantung.
Dari data tersebut, penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Dan saat ini, penyakit jantung mulai meningkat dialami pada usia muda sekitar 30-50 tahun.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah, Dr. med. dr. Denio A. Ridjab, Sp.JP (K), menjelaskan, sebagian besar serangan jantung identik dengan gejala seperti nyeri dada, rasa tidak nyaman seperti tertekan, sensasi terbakar, sakit di dada sebelah kiri atau tengah, kemudian menjalar sampai ke punggung, rahang, dan lengan, serta nyeri memberat saat beraktivitas.
Selain itu, gejala lainnya termasuk sesak napas, munculnya keringat dingin, mual, muntah, dan pusing. Bisa juga, gejala serangan jantung dijumpai mirip dengan keluhan GERD atau maag.
"Bahkan ada juga penderita serangan jantung yang tidak mengalami gejala, namun langsung mengalami henti jantung atau mati mendadak. Bila Anda mengalami salah satu gejala seperti di atas, segera ke rumah sakit yang memiliki fasilitas jantung," ujarnya saat sesi diskusi yang digelar secara daring oleh Heartology Cardiovascular Center, Selasa 14 Juni 2022.
Dokter Denio menambahkan, kondisi serangan jantung termasuk dalam kegawadaruratan yang butuh waktu penangangan sesegera mungkin oleh tim emergency dan spesialis jantung. Sebab, kematian akibat serangan jantung bisa terjadi akibat terlambat mendapatkan penanganan medis.
"Karena apabila serangan jantung yang luas, parah, terlambat atau tidak tertangani dengan baik, maka kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan akibat serangan jantung akan semakin berat, antara lain gangguan irama jantung atau aritmia, gagal jantung, syok kardiogenik, dan henti jantung yang dapat berujung pada kematian," ungkapnya.
Menurut Denio, perburukan kondisi pasien seharusnya bisa dihindari, salah satunya dengan tindakan Intervensi Koroner Perkutan Primer (Primary Percutaneous Coronary Intervention), atau Angioplasty Primer, yaitu prosedur medis untuk memulihkan aliran darah ke jantung dengan cara mengatasi sumbatan atau penyempitan pada
arteri koroner yang diakibatkan oleh aterosklerosis, yakni penumpukan deposit kolesterol (disebut plak) di arteri.
Lebih jauh Denio menjabarkan, Primary PCI dilakukan dengan meregangkan area arteri koroner yang menyempit memakai balon yang terpasang pada kateter, yakni selang kecil yang fleksibel, masuk ke tubuh untuk menuju arteri yang bermasalah.
"Waktu sangatlah vital. Oleh sebab itu, primary PCI berperan sangat penting untuk menyelamatkan pasien," tukasnya.
"Primary PCI adalah cara paling efektif dalam menangani pasien serangan jantung untuk memulihkan kerja otot jantung dan pada akhirnya menyelamatkan nyawa pasien," pungkas dr. Denio A. Ridjab.