Hati-hati, Risiko Kena Hipertensi Meningkat Tajam di Usia Ini

Ilustrasi hipertensi.
Sumber :
  • Pixabay/frolicsomepl

VIVA – Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan global termasuk di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society of Hypertension) dan Kementerian Kesehatan RI pada 2018 menunjukkan, pada sampel 68.846 orang dengan rentang usia rata 45 ± 16,3 tahun, ditemukan 27.331 orang (30,8 persen) adalah hipertensi. 

Angka tersebut lebih rendah dari survei tahun 2017 yaitu 34,5 persen. hal ini disebabkan pada survei tahun 2018 terdapat 18,6 partisipan berusia 18-29 tahun. Dalam kelompok hipertensi hanya 13.018 (47,6 persen) yang menyadari adanya hipertensi dan hanya 47,4 persen yang mengonsumsi obat anti hipertensi. Survei juga menunjukkan, target pengobatan tidak tercapai pada 10.106 pasien (78,0 persen). 

"Dengan kondisi di Indonesia seperti ini, tidak heran bila insiden penyakit jantung koroner, stroke dan gagal ginjal masih tinggi," ujar Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, saat Virtual Press Conference World Hypertension Day 2022, yang digelar Selasa 17 Mei 2022. 

Dokter Eka menambahkan, hipertensi dapat dicegah walaupun faktor genetik dan usia sulit untuk dimodifikasi. Namun banyak faktor risiko lain yang dapat dihindari agar tidak terjadi hipertensi, yaitu dengan menanamkan pola hidup sehat sejak dini, yang dilakukan dalam keluarga dan melalui edukasi di sekolah. 

Ilustrasi keluarga makan bersama.

Photo :
  • U-Report

"Hal ini lebih mudah dibandingkan menyarankan perubahan gaya hidup bagi orang dewasa. Orangtua dan guru mempunyai peranan penting dalam menanamkan pola hidup sehat pada anak-anak yang akan terus diingat dalam memorinya hingga mereka dewasa," tuturnya. 

Menurut Eka, mengurangi paparan terhadap polusi udara juga merupakan upaya pencegahan terhadap hipertensi, selain mengatasi stres dan tidur yang cukup.

"Dengan bertambahnya usia, maka risiko hipertensi meningkat. Risiko hipertensi meningkat tajam pada usia 45 tahun. Pemeriksaan tekanan darah secara regular disarankan dimulai pada usia 18 tahun, terutama yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi atau penyakit kardiovaskular," pungkasnya. 

Lebih lanjut menurut Eka, pasien diabetes berisiko mengalami hipertensi, sehingga harus dilakukan pemeriksaan darah berkala untuk mendeteksi adanya hipertensi. 

Ilustrasi diabetes.

Photo :
  • Pexels/Nataliya Vaitkevich

"Selain pengukuran tekanan darah di fasilitas kesehatan, dapat juga dilakukan secara mandiri di rumah atau di komunitas tertentu yang dikenal dengan Home Blood Pressure Monitoring (HBPM) atau disebut dengan Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR). Dengan melakukan pengukuran yang benar dan akurat akan didapatkan hasil yang tepat," ungkap dia. 

Eka mengungkapkan, PTDR sangat membantu untuk mendeteksi hipertensi jas putih, yaitu di mana terjadi peningkatan tekanan darah saat diukur di klinik atau rumah sakit, namun saat dilakukan pengukuran di luar klinik tekanan darahnya normal. 

"PTDR juga dapat digunakan untuk memonitor hasil pengobatan. Selain itu dengan melakukan pengukuran mandiri membuat pasien menjadi lebih patuh dalam pengobatan," tukas dr. Eka Harmeiwaty.