Hepatitis Akut Misterius, Kenali Cara Menular, Gejala dan Penyebab

Ilustrasi anak sakit.
Sumber :
  • Pexels/Cottonbro

VIVA – Hepatitis akut misterius atau non-etiologi masih menjadi perbincangan hangat lantaran kasusnya kian bertambah dan terutama menjangkiti usia anak. Untuk itu, kenali lebih dalam mengenai penularan, gejala, hingga penyebab hepatitis akut ini agar orangtua bisa bertindak cepat mencegah dampak berbahaya pada anak.

Beberapa waktu lalu, Ketua Umum PB IDI, dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT meminta agar seluruh Organisasi Profesi Medis di bawah IDI, seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni Puskesmas, Posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktik perorangan juga mewaspadai setiap gejala Hepatitis pada anak dan dewasa. 

Berikut rangkuman terkait fakta-fakta hepatitis akut misterius yang dirangkum VIVA.

Gejala Hepatitis

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberikan pedoman gejala hepatitis akut misterius berdasarkan kasus yang dilaporkan. Hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini sebagian besar memiliki gejala antara lain:

- Perubahan warna urin (gelap) dan/atau feses (pucat)
- Kuning
- Gatal
- Nyeri sendi atau pegal-pegal
- Demam tinggi
- Mual, muntah, atau nyeri perut
- Lesu, dan atau hilang nafsu makan
- Diare, serta kejang, dan ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST) / SGOT atau Alanine transaminase (ALT) / SGPT lebih dari 500 U/L.

Ilustrasi sakit perut.

Photo :
  • Pexels/cottonbro

Sementara, berdasarkan pedoman Kementerian Kesehatan RI, di mana kewaspadaan meningkat setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia, dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.

Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.

"Jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat," tutur Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.

Tak jauh berbeda dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) juga meminta agar seluruh dokter anak dan residen dokter anak juga turut mengawasi apabila gejala di atas muncul pada pasiennya. Orangtua harus mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual/muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran/kejang, lesu, demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Senada, Dokter Anak konsultan Gastrohepatologi Rumah Sakid Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Hanifah Oswari Sp.A (K) menjelaskan bahwa berdasarkan laporan kasus di mana penyakit bermula dari gangguan sistem pencernaan. Akan tetapi, banyak yang menganggap bahwa gejala ini terbilang ringan sehingga kerap disepelekan dan berdampak pada kondisi gejala berat.

"Gejala gastronintestinal seperti diare, mual, muntah, sakit perut, disertai demam ringan. Berlanjut dengan gejala arah hepatitis yaitu buang air kecil sepeti (warna) teh, buang air besar seperti dempul, pucat, lalu mata dan kulit berwarna kuning," jelasnya.

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • Pexels/miroshnichenko

Hal tersebut biasanya diperkuat dengan kadar enzim hati yang meningkat atau kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit. Bila semakin parah, akan terjadi pembekuan darah yang mengharuskan pasien menjalani transplantasi hati.

"Bila berlanjut, akan pembekuan darah dan penurunan kesadaran yang lanjut kematian bila pasien tidak transplantasi hati," jelasnya lagi.

Dokter Hanif menegaskan agar orangtua waspada terhadap penyakit berbahaya ini dengan mengenali kondisi anak apabila menunjukkan gejala awal tersebut. Sebab, gejala berat bisa terjadi dan sulit diatasi oleh tenaga kesehatan sehingga memicu kematian.

"Waspada kalau anak alami gejala saluran cerna seperti diare, mual, muntah, sakit perut, demam ringan dan sudah memikirkan ada kemungkinan arah ke hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya," tuturnya

Dugaan Penyebab Hepatitis Akut

Dokter Anak konsultan Gastrohepatologi Rumah Sakid Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Hanifah Oswari Sp.A (K) menjelaskan bahwa pada dasarnya hepatitis akut sudah sangat sering terjadi dan dikeluhkan. Kendati begitu, penyakit ini menjadi fokus lantaran belum diketahui penyebabnya dan menimbulkan gejala berat.

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • freepik/lifeforstock

"Karena belum tahu penyebabnya dan karena ini (gejala) berat. Biasanya yang datang (hepatitis akut) nggak berat dan kedua, ini datangnya bersamaan dan cepat," tuturnya dalam konferensi pers virtual bersama Kementerian Kesehatan RI, Kamis 5 Mei 2022.

Umumnya, hepatitis yang ditemui pun masih berkaitan dengan virus pemicu hepatitis A,B,C,D, dan E. Namun pada kasus ini, tak ditemukan sama sekali virus-virus hepatitis tersebut.

Dokter Hanif menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada penyebab pasti dari kemunculan hepatitus misterius. Namun, dokter Hanif menduga kaitan sejumlah virus, termasuk pemicu COVID-19.

"Sampai saat ini meski belum diketahui penyebabnya. Tapi, ada beberapa virus diduga berperan. (Seperti) adenovirus 41, SARS-CoV-2, juga (virus) TBC," tutur Lead Scientist untuk kasus Hepatitis Misterius, dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Kamis 5 Mei 2022.

Sementara dari pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan virus Hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun pada beberapa kasus ditemukan SARS-Cov-2 dan/atau Adenovirus. Oleh karena itu, pemeriksaan pathogen (biologis maupun kimiawi) perlu dilakukan lebih lanjut.

Dugaan Penularan Hepatitis Akut Misterius

Dokter Anak konsultan Gastrohepatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof. dr. Hanifah Oswari Sp.A (K), menilai sifat virus tersebut berkaitan dengan dua 'pintu masuk' yakni saluran cerna dan pernapasan. Maka dari itu, pencegahan perlu dilakukan sejak dini agar tak ada virus yang masuk dan menginfeksi dua sistem di tubuh itu.

"Kebanyakan dari virus-virus yang diduga ini, menular lewat saluran cerna dan napas. Pencegahannya, jaga jangan sampai anak-anak terinfeksi virus melalui jalan masuk. Jaga dari sal napas, misal tindakan cuci tangan dengan sabun terutama saat ingin makan dan minum. Jaga kebersihan. Pastikan makanan dan minuman itu matang dan tidak memakai alat makan bersama," paparnya.

Saat ini, Kementerian Kesehatan RI sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut. Berikut cara pencegahan paling dini.

“Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Nadia.

IDAI juga mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan berhati-hati. Serta, mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak.