COVID-19 Varian XE Ditemukan, Pakar IDI Soroti Lonjakan Kasus

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Mutasi COVID-19 masih berkembang terus menerus di seluruh dunia dengan angka kasus yang meningkat setiap harinya. Terkini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti varian yang baru saja ditemukan dan terdeteksi di negara Thailand, varian XE.

Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban menuturkan bahwa varian XE ini muncul tak lama usai ditemukannya dua 'saudari' Omicron yaitu BA.1 dan BA.3. Sehingga diduga kuat bahwa varian ini merupakan kombinasi dari dua varian siluman tersebut.

Apalagi kini, varian tersebut sudah mulai memicu lonjakan kasus di Eropa, salah satunya di Inggris. Sebanyak 600 kasus baru di Inggris dideteksi oleh varian XE tersebut. Bahkan kini varian XE ditemukan di negara tetangga, Thailand.

"Kenalan dengan varian XE. Rekombinan Omicron BA.1 dan BA.2. Ada 600-an kasus XE di Inggris," tuturnya dikutip dari akun Twitter miliknya.

Lebih dalam, Thailand melaporkan kasus XE ini pertama kali ditemukan pada 2 April 2022 lalu. Meski masih diteliti, WHO sendiri mengakui tingkat penularan XE sangat cepat dibanding varian sebelumnya sehingga mudah menginfeksi.

"Tingkat pertumbuhan 9,8% di atas BA.2. Mudah menular 10% daripada BA.2 (WHO)," jelasnya.

Kendati begitu, Prof Zubairi menegaskan belum ada bukti penularannya sangat cepat dan memicu gejala parah seperti varian sebelumnya. Walau kasus varian XE tak ada di Indonesia, Prof Zubairi masih mengingatkan pentingnya menjaga protokol kesehatan.

"Belum ada bukti seperti Alpha, Delta, dan Omicron. Belum ada alasan untuk khawatir. Tetap pakai masker," pungkasnya.

Ada pun dikutip dari laman The Sun, varian baru "XE" itu mungkin menyebar 10 persen lebih cepat daripada jenis saat ini, tetapi para ilmuwan mengatakan mereka masih mempelajarinya.

Namun, tidak ada bukti bahwa XE lebih serius dalam tingkat keparahan penyakit, dan varian Omicon sejauh ini terbukti lebih ringan.

Saat ini tercatat BA.2 dominan di Inggris dan memicu lonjakan COVID lagi. Sekitar satu dari 16 orang Inggris saat ini terinfeksi COVID-19. BA.2 memiliki tingkat pertumbuhan 75 persen lebih tinggi daripada strain Omicron lainnya, termasuk yang menyebabkan gelombang selama Natal dan Tahun Baru.