Nyeri Hebat Saat Haid, Pertanda Bahaya Endometriosis
- Pixabay/Saranya7
VIVA – Endometriosis merupakan salah satu masalah reproduksi yang mengintai remaja dan dewasa perempuan di seluruh dunia. Lantaran gejalanya yang samar, endometriosis kerap terlambat ditangani dan dapat memicu bahaya.
Endometriosis menyerang 10 persen perempuan usia produktif di seluruh dunia dan terus menjadi kasus serius di tingkat
Global dan Regional. Di samping menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian di Asia akibat biaya perawatan medis dan bedah yang tinggi, endometriosis menimbulkan beban serius bagi kesehatan fisik dan mental perempuan.
"Selain dampak-dampak tersebut, kasus endometriosis di Asia juga diperparah oleh lambatnya perempuan dalam mencari diagnosis dan pengobatan awal akibat berbagai miskonsepsi. Misalnya, sebagian perempuan mungkin mengabaikan nyeri panggul karena menganggapnya sebagai bagian dari siklus menstruasi, sementara sebagian yang lain mengira bahwa endometriosis dapat menyebabkan infertilitas," ujar Head of Medical Dept.-Pharmaceuticals PT Bayer Indonesia, Dr. Dewi Muliatin Santoso, dalam keterangan pers Bayer.
Untuk mengenalinya, maka Ketua Perhimpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (PERFITRI), Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto, SpOG(K), menuturkan agar para perempuan bisa mengenali nyeri yang intensitasnya begitu tinggi. Selain itu, gejala endometriosis cenderung nyeri tersebut tak lagi dapat diatasi dengan obat pereda nyeri biasa.
"Beberapa yang harus diperhatikan misalnya informasi mengenai nyeri panggul dan infertilitas, gejala ginekologis, gejala siklus non-ginekologis dan remaja dengan nyeri hebat yang tidak responsif terhadap obat penghilang nyeri non steroid. Jika menunjukkan kecenderungan endometriosis, maka segera dilakukan pemeriksaan panggul," bebernya.
Setelah itu, dokter biasanya akan mendiagnosis apakah pasien memang mengidap endometriosis untuk selanjutnya diobati sejak dini. Di sisi lain, nyeri hebat itu biasanya hilang ketika perempuan mengalami fase kehamilan sehingga membuat pasien merasa sudah pulih.
"Faktanya, betul saat hamil tidak ada nyeri karena tidak ada haid. Jadi ada perubahan hormon yang bisa menekan gejala endometriosis tersebut. Ini bersifat sementara," kata dokter spesialis kandungan, Prof. Dr. dr. Wiryawan Permadi, Sp.OG(K).
Prof Wiryawan menuturkan bahwa rasa nyeri atau keluhan lain dari endometriosis akan terasa lagi setelah melahirkan lantaran sudah mengalami haid normal. Ada pun jenis nyeri pada endometriosis, kata Prof Wiryawan, biasanya bertambah seiring waktu.
"Kalau nyeri haid hebat, makin lama makin progresif kita kaitkan dengan endometriosis. Kita buktikan dulu dia bukan endometriosis baru kita bisa katakan haidnya normal," kata Prof. Wiryawan.