5 Daerah di Indonesia dengan Angka Stunting Tertinggi, Mana Saja?

Gerakan Nasional Indonesia Bebas Stunting 2030
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Sebanyak lima Kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam prevalensi sepuluh daerah dengan angka stunting tertinggi dari 246 Kabupaten/Kota yang menjadi prioritas percepatan penurunan stunting di Indonesia. Kelima kabupaten tersebut adalah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, dan Manggarai Timur. 

Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menyebutkan, Kabupaten/Kota dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Timor Tengah Selatan (48,3 persen) dan menyusul Timor Tengah Utara (46,7 persen). 

Dengan kata lain, sebanyak 48 dari 100 anak di Timor Tengah Selatan dan sebanyak 46 dari 100 anak di Timor Tengah Utara mengalami stunting. Angka ini lebih tinggi dua kali lipat dari ambang batas kejadian stunting yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen. 

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat, mengatakan, mereka melakukan edukasi dengan memberikan pembekalan terhadap kader PP Muslimat NU di kota Kupang, di So’e di Timur Tengah Selatan dan juga di kota Kefamenanu, Timur Tengah Utara. 

Ilustrasi stunting

Photo :
  • Direktorat P2PTM Kemenkes

"Selain pembekalan, kami juga melakukan penelusuran langsung ke rumah-rumah penduduk yang memiliki balita yang terindikasi kurang gizi, gagal tumbuh maupun stunting, untuk menggali faktor-faktor yang memengaruhi dan bagaimana asupan gizi keluarga," kata Arif dalam keterangannya, Selasa, 29 Maret 2022. 

Berdasarkan temuan lapangan tersebut, Arif menyimpulkan yang menjadi permasalahan adalah kurangnya perhatian orangtua terhadap asupan anak sehari-hari.

"Di kota Kupang, banyak orangtua yang bekerja di daerah lain kemudian anak dititipkan ke nenek atau keluarga lainnya yang mereka juga minim edukasi. Sementara di Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan, memang ada faktor geografis wilayahnya serta akses masyarakat terhadap layanan kesehatan," ungkapnya. 

"Namun yang menarik adalah, meskipun masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan bahan pangan yang bergizi seperti ikan dan telur, anak-anak balita di sana sudah terbiasa mengonsumsi makanan minuman ringan, seperti teh kemasan dan juga sehari-hari minum susu kental manis," tambah dia. 

Ilustrasi susu kental manis.

Photo :
  • Freepik/azerbaijan_stockers

Lebih lanjut, Arif Hidayat mengingatkan bahwa mengatasi stunting tidak selesai hanya dengan bantuan pangan. Masing-masing daerah memiliki karakteristik, sehingga dalam mengatasi kejadian stunting diperlukan pendekatan berbasis daerah dan sinergisitas dengan masyarakat setempat, salah satunya dengan menggerakkan kader-kader penyuluh kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.

Dalam sambutan oleh Ketua PCNU Kab Timor Tengah Selatan di Kota So’e, Muhammad G.Arifudin mengakui sanitasi dan asupan gizi keluarga menjadi pemicu tingginya angka gizi buruk di wilayahnya. 

"Kalau dilihat saat ini, memang NTT ini hijau, karena saat ini sedang musim hujan. Saat nanti musim kemarau, akan terlihat merah dan saat inilah masyarakat akan kesulitan air. Ini juga erat kaitannya dengan kemiskinan, anak makan seadanya termasuk minum susu kental manis di sini itulah susu yang dikonsumsi anak-anak,” jelas ulama yang juga menjabat sekretaris MUI NTT ini. 

Riris Yunita Damanik S.Gz. MPH.Si dari Dinas Kesehatan Kota Kupang, mengatakan, sudah seharusnya edukasi gizi menjadi prioritas di NTT mengingat angka kejadian stunting di NTT masih sangat tinggi. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan masyarakat terkait gizi anak memang mengkhawatirkan. 

Ilustrasi bayi menangis.

Photo :
  • Pixabay/ joffi

“Masih banyak anak yang belum 6 bulan tapi sudah diberi pisang dan bubur. Juga yang menjadi persoalan adalah ibu-ibu lebih suka memberi MPASI untuk anak berupa bubur instan, padahal banyak sumber pangan yang bisa diolah. Termasuk susu kental manis, masyarakat masih terbiasa menggunakannya sebagai minuman susu untuk anak,” kata Riris Yunita Damanik. 

Lebih lanjut, Riris mengatakan akan mendorong institusinya agar edukasi mengenai cara konsumsi susu kental manis menjadi perhatian dinas setempat, karena selama ini belum ada sosialisasi mengenai bahaya konsumsi kental manis.

Senada dengan itu, Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU mengatakan, mereka akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU. Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan kesehatan anak dalam keluarga.

"Saat anak terkena stunting, yang pertama kali terganggu itu adalah otak anak. Begitu anak lahir, otak anak tidak berkembang sebagaimana mestinya," jelas Erna Yulia Soefihara.