Penderita Ginjal Bisa Tetap Hidup Berkualitas dengan Cara Ini

Ilustrasi Gagal Ginjal
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), penyakit ginjal kronik (PGK), di Indonesia, terlihat mengalami peningkatan dari 0,2 persen pada 2013 menjadi 0,38 persen pada 2018. 

Sementara menurut IHME Global Burden of Diseases 2019, penyakit ginjal kronik masuk dalam 10 besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Jaminan Kesehatan Nasional tahun 2020, pembiayaan bagi penderita gagal ginjal mencapai Rp2,24 triliun dari Rp20 triliun yang digunakan untuk total pembiayaan penyakit katastropik. 

Hal itu turut disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, Plt.

"Strategi pencegahan dan pengendalian penyakit ginjal kronik meliputi promosi kesehatan atau edukasi, pencegahan primer pada sasaran populasi sehat dan berisiko, pencegahan sekunder dilakukan pada sasaran populasi penyandang penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, obesitas dan penyakit tidak menular lainnya melalui upaya deteksi dini dan tatalaksana kasus untuk mencegah komplikasinya seperti PGK ini," ujarnya saat webinar belum lama ini. 

Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Tony Richard Samosir,  menambahkan, untuk dapat hidup berkualitas dengan PGK, pasien harus dapat tetap berperan  dalam kehidupannya. 

"Peran dalam hidup ini diartikan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas hidup yang bermakna, di antaranya bekerja, belajar, bertanggung jawab pada keluarga, bepergian, berolahraga, beraktivitas sosial dan berekreasi, dan lainnya," tuturnya. 

Ilustrasi olahraga

Photo :
  • U-Report

Selain itu, menurut Tony, pasien dan pendampingnya harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, serta harus mengerti mengenai konsekuensi yang muncul akibat keputusan tersebut.

"Pendekatan berbasis kekuatan bertujuan untuk membentuk ketahanan di antara pasien-pasien PGK dengan meningkatkan hubungan sosial antar pasien," tuturnya. 

"Hal itu dapat dicapai dengan misalnya membentuk kelompok pasien penyakit ginjal dan memberikan dukungan berupa edukasi dan evaluasi pemahaman berkala terhadap penyakitnya, dukungan moral antar sesama pasien," kata dia. 

Tony mengatakan, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam membuat keputusan akan modalitas pengobatannya. 

"Selain itu, pengobatan terhadap aspek kejiwaan akibat kondisi penyakit ginjalnya seperti gangguan cemas, depresi, gangguan tidur, dan stres juga harus diberikan demi mengoptimalkan peran pasien dalam kehidupannya," ujar Tony Richard Samosir.