Minyak Goreng Langka? Saatnya Beralih ke Pola Hidup Lebih Sehat

Minyak goreng.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Minyak goreng masih menjadi barang langka di banyak daerah di Indonesia. Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Ari Fahrial Syam, kondisi itu bisa menjadi momentum untuk mengurangi kebiasaan menggunakan minyak goreng sekaligus mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

"Sudah saatnya masyarakat mengurangi makanan yang digoreng. Mengurangi makanan yang digoreng berarti membuat pola hidup lebih sehat," kata Ari dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Prof Ari, terlalu sering mengonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak goreng memiliki beberapa risiko, beberapa diantaranya menaikkan kadar kolesterol dan mengakibatkan aterosklerosis. Risiko itu berdampak pada pembuluh darah menjadi lebih sensitif dan kaku. Maka risiko terkena penyakit jantung koroner ikut meningkat.

Viral Celana Emak-emak Melorot saat Rebutan Minyak Goreng

Photo :
  • Instagram@andreli_48

Senada dengan Ari, dokter spesialis penyakit dalam dr. R.A. Adaninggar, SpPD, mengatakan minyak goreng sebagai salah satu sumber lemak jenuh yang berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan. Karena itu, konsumsi makanan yang digoreng perlu dibatasi.

"Minyak goreng ini kan juga salah satu sumber lemak jenuh, lemak yang cukup berbahaya untuk tubuh. Sebenarnya kita dalam sehari itu ada batasannya untuk konsumsi minyak goreng," kata dokter yang akrab disapa Ning tersebut.

Jika kandungan lemak jenuh dalam minyak goreng tinggi, dikhawatirkan akan meningkatkan kadar kolesterol buruk dalam darah yang disebut low-density lipoprotein (LDL). Efeknya adalah meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan. Mulai dari obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung koroner.

Ilustrasi penyakit jantung koroner.

Photo :
  • U-Report

"Jadi kalau (minyak goreng) langka, ya pakai takaran sehat itu sekalian menghemat," ujar Ning. 

Ia sepakat jika kelangkaan minyak goreng dijadikan momentum untuk mengubah gaya hidup jadi lebih sehat. Menurutnya, pola hidup sehat menjadi keharusan di tengah pandemi COVID-19. Terutama bagi mereka yang masuk kategori rentan.

"Kalau tidak menjaga pola hidup sehat, kita bisa masuk dalam populasi rentan tersebut," ucapnya.

Populasi rentan yang dimaksud Ning adalah individu dengan komorbid seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung dan lainnya. Kelompok rentan tersebut berisiko mengalami keparahan bahkan hingga kematian jika terinfeksi COVID-19.

Tips mengolah makanan

Ilusttasi Air fryer.

Photo :

Bukan hanya jenis makanan yang dikonsumi, cara mengolahnya jadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menjalani pola hidup sehat, khususnya ketika mengurangi konsumsi makanan berminyak. 

Memasak dengan cara mengukus dan memanggang bisa jadi pilihan. Keduanya efektif mengurangi penggunaan minyak goreng dalam mengolah makanan. 

"Dikukus atau dipanggang itu lebih sehat karena mengurangi lemak juga," ucap Ning.

Ning juga mengingatkan, makanan yang diolah dengan cara dipanggang pun tidak 100 persen sehat. Terlebih jika menggunakan arang. Bagian yang menjadi gosong ketika dipanggang sebaiknya tidak dikonsumsi.

Lemak berlebih di perut indikasi obesitas.

Photo :
  • vstory

Hal tersebut juga diutarakan oleh Ari Fahrial. Ia juga mengingatkan agar bagian makanan yang hitam tidak dimakan karena bisa menjadi karsinogenik atau zat yang memicu pertumbuhan sel kanker.

Selain dikukus, dipanggang, atau dibakar, kemajuan teknologi pun memungkinkan menggoreng makanan tanpa minyak yakni dengan alat masak air fryer. Proses memasak yang mengandalkan uap panas itu memungkinkan hasil masakan yang renyah tanpa menggunakan minyak goreng. 

Menurut Ning mengatakan, hingga saat ini belum ada penelitian khusus tentang memasak makanan dengan air fryer lebih aman untuk kesehatan dibandingkan dengan menggoreng dengan minyak. Namun, air fryer dapat menjadi salah satu pilihan cara untuk mengurangi konsumsi minyak goreng.

"Karena alat itu mengurangi konsumsi minyak ya mungkin lebih sehat,” ujar Ning.

Ia menilai, air fryer masih bisa dikatakan aman dan bisa menjadi pilihan untuk mengurangi konsumsi minyak goreng. Adapun Ari menyatakan, sepanjang cara mengolah makanan tidak mengakibatkan kolesterol naik, berarti bisa dan aman digunakan. 

"Prinsipnya kalau dari segi makanan itu kolesterolnya tidak naik, ya tidak ada masalah," katanya.