Peneliti Buktikan COVID-19 Menyerang Alat Kelamin Pria
- Pixabay/pexels
VIVA – Sebuah studi pada kera rhesus yang dilakukan oleh sebuah tim peneliti Amerika Serikat menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, bisa menginfeksi jaringan di dalam saluran alat kelamin pria.
Studi yang diunggah di situs pracetak dan belum ditinjau itu, mendemonstrasikan bahwa virus COVID-19 menginfeksi prostat, penis, testis dan pembuluh darah di sekitarnya dalam tiga kera rhesus, demikian dilaporkan oleh New York Times.
Menurut tim peneliti dari Northwestern University, studi tersebut mengindikasikan bahwa gejala-gejala seperti disfungsi ereksi yang dilaporkan oleh beberapa pasien COVID-19, mungkin disebabkan langsung oleh virus tersebut, bukan oleh peradangan atau demam yang seringkali menyertai penyakit itu.
Laporan tersebut menyatakan, tim peneliti itu meneliti monyet-monyet dengan alat pemindai seluruh tubuh yang didesain spesifik untuk mendeteksi situs infeksi.
"Sinyal yang muncul ke kami adalah penyebaran menyeluruh ke saluran genital oria," kata Thomas Hope, Profesor sel dan biology perkembangan di Feinberg Scholl of Medicine Northwestern di Chicago, dikutip laman Times of India.
"Kami tidak tahu kami akan menemukannya di sana," lanjut dia.
Meskipun studi itu berdasarkan pada temuan hanya pada tiga monyet, tapi temuan itu konsisten, kata Hope.
Tim peneliti tersebut tidak mengetahui apakah monyet-monyet itu memiliki gejala yang berkaitan dengan infeksi virus dari saluran genital pria, seperti kadar testoteron yang rendah, jumlah sperma yang rendah, sakit atau disfungsi seksual.
Para peneliti dari Universitas Miami, tahun lalu, merupakan yang pertama mendemonstrasikan bawha COVID-19 berada pada jaringan penis lama setelah pria sembuh dari infeksi dan memicu disfungsi ereksi.
Infeksi COVID-19 bisa menyebabkan disfungsi pembuluh darah yang menyebar, atau disfungsi endothelial, yang kemudian berkontribusi terhadap disfungsi ereksi, tim tersebut menulis di World Journal of Men's Health.
Sejak itu, berbagai studi melaporkan bahwa 10 hingga 20 persen pria yang terinfeksi virus corona memiliki gejala yang berkaitan dengan disfungsi saluran genital pria.
Lebih lanjut, pria yang terinfeksi virus tersebut 3-6 kali berisiko mengalami disfungsi ereksi, diyakini sebagai indikator dari yang dikenal sebagai long covid.
Hope juga mencatat bahwa virus lainnya juga diketahui berpengaruh buruk pada kesuburan. "Campak adalah yang paling dikenal dalam sejarah yang menyebabkan sterilitas. Virus zika masuk ke testis dan menginfeksi testis, dan Ebola juga bisa melakukan itu," kata Hope.
Dia pun mendorong para pria untuk vaksinasi, dan mencari evaluasi medis jika mereka khawatir mengenai kesehatan seksual atau reproduksi mereka.