Ini Wanita Pertama di Dunia yang Sembuh dari HIV

Ilustrasi HIV/AIDS.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Seorang pasien di Amerika Serikat menjadi orang ketiga di dunia dan wanita pertama yang sembuh dari HIV. Pasien tersebut diketahui sedang dirawat di rumah sakit karena leukemia, ketika dia menerima transplantasi sel induk dari seseorang yang memiliki ketahanan alami terhadap virus penyebab AIDS itu.

Wanita itu kini telah bebas dari virus HIV selama 14 bulan. Demikian dilansir dari laman BBC, Kamis, 17 Februari 2022.

Tetapi para ahli mengatakan metode transplantasi yang digunakan, yang melibatkan umbilical cord blood atau darah tali pusat, terlalu berisiko untuk cocok bagi kebanyakan orang dengan HIV.

Kasus pasien tersebut dipresentasikan pada konferensi medis di Denver pada hari 15 Februari 2022 lalu, dan merupakan pertama kalinya metode ini diketahui telah digunakan sebagai obat fungsional untuk HIV.

HIV

Photo :
  • U-Report

Pasien menerima transplantasi darah tali pusat sebagai bagian dari pengobatan kankernya, dan sejak itu tidak perlu menggunakan terapi antiretroviral yang diperlukan untuk mengobati HIV.

Kasus ini merupakan bagian dari penelitian AS yang lebih besar terhadap orang yang hidup dengan HIV, yang telah menerima jenis transplantasi darah yang sama untuk mengobati kanker dan penyakit serius.

Sel-sel yang ditransplantasikan yang dipilih memiliki mutasi genetik tertentu yang berarti mereka tidak dapat terinfeksi oleh virus HIV. Para ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan penerima transplantasi dapat mengembangkan resistensi terhadap HIV sebagai hasilnya.

Semua kisah penyembuhan HIV benar-benar luar biasa dan patut disyukuri. Mereka membuktikan bahwa hal itu bisa dilakukan. Tetapi pendekatan ini tidak membawa kita lebih dekat ke pengobatan untuk 37 juta orang yang hidup dengan HIV, yang sebagian besar tinggal di sub-Sahara Afrika.

Ilustrasi HIV

Photo :
  • Times of India

Potensi transplantasi sel punca ditunjukkan pada tahun 2007 ketika Timothy Ray Brown menjadi orang pertama yang "disembuhkan" dari HIV. Dia mendapat transplantasi dari donor yang secara alami resisten terhadap HIV.

Sejak itu prestasi itu hanya diulang dua kali, yakni terhadap pasien kedua, Adam Castillejo dan sekarang seorang pasien di New York.

Ketiganya menderita kanker dan membutuhkan transplantasi sel induk untuk menyelamatkan hidup mereka. Menyembuhkan HIV mereka tidak pernah menjadi tujuan utama dan terapi ini terlalu berisiko untuk digunakan pada semua orang dengan HIV.

Perlu diketahui, terapi anti-retroviral memberi orang dengan HIV harapan hidup yang mendekati normal. Harapan utama kesembuhan tetap tertuju pada vaksin atau obat-obatan yang bisa mengeluarkan virus dari tubuh.

Darah tali pusat

Ilustrasi virus.

Photo :
  • Freepik/kjpargeter

Perawatan wanita tersebut melibatkan darah tali pusat, tidak seperti dua kasus yang diketahui sebelumnya, di mana pasien telah menerima sel induk dewasa sebagai bagian dari transplantasi sumsum tulang.

Darah tali pusat lebih banyak tersedia daripada sel punca dewasa yang digunakan sebelumnya dan tidak memerlukan kecocokan yang dekat antara donor dan penerima.

Sharon Lewin, presiden terpilih dari International Aids Society, memperingatkan bahwa metode transplantasi yang digunakan dalam kasus ini tidak akan menjadi obat yang layak bagi kebanyakan orang yang hidup dengan HIV.

Namun, dia menambahkan bahwa kasus tersebut "menegaskan bahwa penyembuhan untuk HIV adalah hal yang mungkin terjadi dan semakin memperkuat penggunaan terapi gen sebagai strategi yang layak untuk penyembuhan HIV."

Temuan seputar studi kasus terbaru ini belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review, sehingga pemahaman ilmiah yang lebih luas masih terbatas.