Pakar IDI Sebut 5 Obat COVID-19 Ini Tak Bermanfaat dan Berbahaya
- Health Europa
VIVA – COVID-19 kian berkembang selama nyaris tiga tahun memicu pandemi di dunia. Salah satu yang mulai disorot adalah jenis obat-obatan, di mana saat ini ada sejumlah obat yang terbukti tak berkhasiat bahkan memberi dampak berbahaya.
Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban, memaparkan bahwa di awal COVID-19 menjadi pandemi, banyak obat yang digadang-gadang mampu mengatasi gejalanya. Namun kini, terdapat lima jenis obat yang terbukti tak lagi memberi khasiat pada pasien COVID-19.
"Obat-obat yang dulu dipakai untuk COVID-19 dan kini terbukti tidak bermanfaat, bahkan menyebabkan efek samping serius pada beberapa kasus: -Ivermectin -Klorokuin -Oseltamivir -Plasma Convalescent -Azithromycin," tuturnya dikutip dari akum twitter miliknya.
Prof Beri, sapaannya, mengungkapkan bahwa dulu ivermectin dianggap primadona bahkan kerap dicari banyak masyarakat karena dinilai menjadi obat COVID-19 yang ampuh. Ternyata, ivermectin justru memicu pemakainya mendapatkan masalah medis hingga harus dirawat di rumah sakit.
"(Ivermectin) Tidak disetujui Badan Pengawas Obat & Makanan (FDA) AS, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan regulator obat Uni Eropa. Banyak laporan pasien yang memerlukan perhatian medis, termasuk rawat inap, setelah konsumsi Ivermectin," jelasnya.
Berbeda dengan klorokuin yang memang sudah banyak dipakai hingga ratusan ribu orang di dunia. Sayangnya, pemakaian tanpa resep justru menimbulkan masalah di organ vital.
"(Klorokuin) Memang sudah dipakai oleh ratusan ribu orang di dunia. Namun terbukti malah berbahaya untuk jantung. Manfaat antivirusnya justru enggak ada. Jadi, klorokuin tidak boleh dipakai lagi," kata Prof Beri.
Sementara untuk oseltamivir, pada dasarnya adalah obat untuk influenza. Terlebih, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan keefektivannya dalam menangkal serangan virus SARS-CoV-2. Bahkan, WHO sudah menyatakan obat ini tidak berguna untuk COVID-19.
"Kecuali saat Anda dites terbukti positif Influenza, yang amat jarang ditemukan di Indonesia. Kalau Oseltamivir jangan diminum, pilihannya apa? Ada beberapa pilihan untuk antivirus. Ada Avigan atau Favipiravir dan Molnupiravir, serta Remdesivir. Nanti biar dokter Anda yang memilihkan," tulisnya.
Ada pun pengobatan dengan Plasma Convalescent dianggap tak bermanfaat sama sekali bagi pasien COVID-19. Terlebih, pengobatan jenis ini merogoh kocek sangat dalam dan durasi yang tak sebentar.
"Pemberian Plasma Convalescent juga mahal dan prosesnya begitu memakan waktu. Oleh WHO tidak direkomendasikan kecuali dalam konteks uji coba acak dengan kontrol," tuturnya.
Terakhir, ada obat azithromycin yang juga sempat diburu oleh warga lantaran dinilai sebagai obat COVID-19. Namun, penelitian terbaru menyatakan bahwa obat ini sangat tak bermanfaat untuk terapi COVID-19 baik dalam gejala ringan atau sedang.
"Kecuali ditemukan bakteri, selain virus penyebab COVID-19 dalam tubuh Anda. Kalau hanya COVID-19, maka obat ini tidak diperlukan," ujar dia.