Ahli: Angka Kasus Kanker Paru pada Pria Cukup Menyedihkan

Ilustrasi kanker paru.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kebanyakan pria di Indonesia yang merokok menjadi penyebab utama angka kasus kanker paru di Indonesia cenderung tinggi. 

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), International Cancer Center Rumah Sakit Dharmais, dr. Evlina Suzanna, SpPA(K), mengungkap, menurut data statistik, angka kasus kanker paru di Tanah Air cukup menyedihkan.

"Angka kanker paru di Indonesia untuk pria saja sekarang sudah masuk ke angka 21 per 100 ribu penduduk, itu kita sebut sebagai insiden," ujarnya saat konferensi pers memperingati Hari Kanker Sedunia, yang digelar virtual oleh Roche Indonesia, Selasa 8 Februari 2022.

"Jadi bayangkan kalau kita bagi 270 juta jiwa penduduk Indonesia. Kita bagi yang prianya saja dari umur 15 tahun sudah berisiko untuk terkena kanker paru sampai usia 70 tahun. Maka kita bagi 100 juta penduduk berarti setiap tahun kita bertambah 21 ribu kasus. Itu baru kanker paru saja," tambahnya.

Gejala awal kanker paru

Photo :
  • U-Report

Lebih lanjut dokter Evlina, mengatakan, angka kematian akibat jenis kanker ini juga cenderung tinggi. 

"Jadi dia 18/100 ribu penduduk. Jadi tipis antara kasus penyakit dengan kematiannya. Nanti dengan angka harapan hidup yang juga sangat rendah. Kalau kematiannya cukup tinggi, maka kita harus mulai berpikir tentang strategi apa yang harus kita lakukan," ungkapnya. 

Dari faktor usia, orang yang menderita kanker paru juga semakin muda. Menurut Evlina, jika dulu puncak kejadian di usia 55 tahun, sekarang sudah turun ke angka 45 tahun.

"Angka 21 ribu cukup banyak dengan angka kematian 18 ribu per tahun. Jadi artinya setiap tahun akan bergulung angka tersebut. Dengan kasus yang lama ditambah lagi terus, jadi tidak putus dan cenderung naik," paparnya. 

"Dulu misalnya kita baru di angka 6, kemudian naik ke 11, langsung loncat ke 18, kemudian naik ke 21. Kita gak tahu nih tahun-tahun berikutnya. Apakah akan lompat lagi. Artinya beban itu akan semakin bertambah banyak. Dan itu baru pada pria," tegas dr. Evlina Suzanna.