Duduk Lama Hingga Obesitas Picu Saraf Terjepit, Harus Operasi?
- www.pixabay.com/geralt
VIVA – Saraf terjepit kerap dianggap hal sepele oleh masyarakat luas, yang tanpa disadari dapat memicu efek berbahaya. Jepitan saraf tulang belakang dapat menyebabkan berbagai aktivitas seperti nyeri, kebas, kesemutan, gangguan fungsi buang air kecil dan buang air besar, bahkan kelumpuhan bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Meski begitu, saraf terjepit ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Namun, penanganannya pun sudah kekinian sehingga tak perlu operasi besar. Berikut fakta-faktanya dikutip dari keterangan pers Brain and Spine Center RSU Bunda Jakarta.
Penyebab Saraf Terjepit
Saraf terjepit atau herniasi nukleus pulposus (HNP) bisa terjadi akibat beberapa faktor antara lain cedera/jatuh (kecelakaan kendaraan atau olahraga), proses penuaan, kelainan struktur tulang belakang (seperti skoliosis, stenosis spinal), keropos tulang belakang (osteoporosis), adanya tumor, infeksi (misalnya tuberculosis) dan lainnya.
Begitu pula bila Anda memiliki pekerjaan yang menuntut untuk mengangkat benda berat, sering membungkuk, memutar tubuh, kebiasaan duduk lama (dengan postur tubuh yang salah), memiliki kelebihan berat badan (obesitas) dapat meningkatkan risiko mengalami saraf terjepit.
Diskus intervertebralis atau bantalan di ruas tulang belakang bekerja sebagai ‘shock absorber’ (penyerap/peredam kejut atau tekanan). Akibat bertambahnya usia, bisa menyebabkan kandungan air di dalamnya menjadi berkurang sehingga fungsinya sebagai bantalan akan menurun akibatnya bisa terjadi robekan.
Gejala Bergantung Lokasi Jepitan Saraf
Gejala HNP yang menjepit saraf lumbar atau pinggang (HNP lumbal) pada umumnya mengakibatkan nyeri pada pinggang (yang memburuk dengan aktivitas); nyeri tajam seperti tertusuk hingga bokong dan ke salah satu tungkai; kesemutan/kebas; kelemahan otot; bahkan kelumpuhan dan tidak bisa mengendalikan buang air kecil dan buang air besar bila HNP ini tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan segera.
Saraf tulang belakang yang terjepit pada ruas/segmen lumbal (L1-L2 dan L2-L3) menyebabkan nyeri dan rasa kebas pada sisi depan-samping luar paha dan melemahnya otot-otot penggerak paha. Bila jepitan terjadi pada ruas L3-L4, menimbulkan nyeri bokong, sisi paha bagian luar dan sisi depan betis, disertai dengan rasa kebas dan kesemutan.
Sedangkan pada segmen L4-L5, menyebabkan nyeri bokong, sisi belakang paha, sisi betis sampai punggung telapak kaki. Sementara HNP L5-S1 akan memunculkan nyeri bokong, sisi belakang paha dan betis sampai ke tumit dan telapak kaki. Kebas dan kesemutan juga muncul.
Mengenai gejala tersebut, Dokter Spesialis Bedah Saraf, Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP., menjelaskan, gejala biasanya memburuk pada malam hari atau dengan gerakan tertentu (berdiri atau duduk lama), dan setelah berjalan. Gejala akan terasa membaik saat beristirahat.
“Pada awalnya gejala-gejala tersebut muncul unilateral atau salah sisi saja. Namun lama kelamaan bila dibiarkan, dapat muncul di kedua sisi tubuh (kanan dan kiri),” jelas dokter yang menekuni ranah pain management dengan teknologi MISS ini lebih lanjut.
Penanganan Tepat
“Dulu operasi bedah terbuka pada tulang belakang merupakan prosedur pengobatan atau penanganan untuk membantu mengatasi beragam masalah yang mengakibatkan nyeri pada tulang belakang,” papar dokter Wawan.
Umumnya, prosedur pengobatan ini dilakukan atau menjadi opsi bila perawatan medis lainnya tidak membuahkan hasil atau masalah pada tulang belakang sudah masuk ke dalam stadium berat.
“Selain itu prosedur bedah terbuka atau beda konvensional memerlukan bius total yang mungkin tidak bisa dilakukan pada sebagian orang. Banyak juga yang khawatir akan risiko kelumpuhan pascaoperasi,” jelasnya lebih lanjut.
Teknologi Minimally Invasive Spine Surgery (MISS)
Kini kemajuan teknologi juga sudah merambah di bidang pain management. Cukup minimal, dengan sayatan yang kecil dan proses pemulihan lebih cepat.
"Permasalahan pada tulang belakang kini tidak perlu lagi dilakukan operasi konvensional atau bedah terbuka seperti dulu,” jelas dr. Wawan.
Dalam bidang bedah saraf, endoskopi tulang belakang memiliki banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan operasi terbuka. Endoskopi tulang belakang yang terdahulu, endoskopi PELD (Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy) atau PSLD (Percutaneous Stenoscopic Lumbar Discectomy), dilakukan hanya dengan satu akses yang dapat menghalangi lapang pandang saat dokter melakukan tindakan.
“Kami menyambut baik hadirnya teknologi endoskopi tulang belakang BESS (Biportal Endoscopic Spine Surgery) di tengah-tengah RSU Bunda Jakarta. Pastinya dengan tersedianya teknologi generasi terbaru ini, kami bisa memberikan perbaikan kualitas hidup yang jauh lebih baik pada penderita saraf kejepit atau HNP,” jelas Direktur RSU Bunda, Jakarta, dr. Amir Hamigu, MM, MARS.
Selain itu, endoskopi generasi terdahulu ini hanya dapat mengambil tonjolan bantalan tulang dari satu arah saja atau hanya dari belakang. Terkini, endoskopi tulang belakang sudah lahir generasi ketiga atau yang terbaru yakni Biportal Endoscopic Spine Surgery atau BESS.
“Saya dan tim telah melakukan penelitian dari 120 tindakan BESS (Biportal Endoscopic Spine Surgery) pada pasien yang mengalami nyeri akibat saraf terjepit, hasilnya menunjukkan 97% mengalami penurunan nyeri yang dinilai dengan VAS (Visual Analogue Scale). Yang tadinya nyeri di angka 6-9, menurun menjadi angka 0,” papar dr. Wawan.
BESS merupakan teknologi MISS yang menjadi salah satu solusi untuk membantu mengatasi saraf terjepit, dengan teknik dekompresi sehingga dapat menghilangkan bantalan tulang yang menonjol sehingga tidak lagi menjepit saraf tulang belakang.
“Tindakan dekompresi (bebaskan jepitan di saraf tulang) ini dilakukan untuk membantu menghilangkan nyeri dan risiko kelumpuhan akibat adanya jepitan saraf tulang belakang. Tindakan ini dilakukan pada ruas tulang belakang, bantalan tulang belakang, atau sendi yang menyebabkan tekanan pada saraf," jelasnya.
BESS sebagai generasi terkini atau terbaru dalam bidang spine endoscopy, jauh lebih unggul dibandingkan dengan yang dulu. Endoskopi tulang belakang ini berbeda dengan tindakan bedah atau operasi konvensional yang memerlukan bius umum.
“Memang BESS ini memerlukan dua sayatan. Seperti namanya biportal, yang berarti dua portal (akses). Akses pertama untuk ‘melihat’ dan akses kedua memudahkan dokter ‘bekerja’ mengatasi masalah yang ada di tulang belakang atau mengambil tonjolan bantalan tulang yang menjepit,” lanjutnya.
Keunggulan BESS dilakukan hanya dengan sayatan yang masing-masing kurang lebih 7mm saja dan proses pemulihan lebih cepat serta tingkat efektivitasnya bisa mencapai lebih dari 80 persen. Keuntungan BESS terhadap pasien adalah sayatan kecil (sehingga tidak mengganggu secara kosmetik), proses pemulihan yang cepat, dan perbaikan nyeri.
“BESS merupakan modalitas minimal invasif yang mampu membebaskan jepitan (dekompresi) tanpa mengganggu jaringan sekitarnya, dan juga bisa menghilangkan osteofit atau taji tulang yang bisa menyebabkan nyeri saat Anda beraktivitas atau bergerak," pungkasnya.