Bukan Demam, Ini Gejala Paling Sering Dialami Pasien Omicron
- pexels/Edward Jenner
VIVA – Pada awal tahun 2022, kasus COVID-19 di Indonesia meningkat signifikan dari sebelumnya. Namun kini, berdasarkan data kasus harian dari Satgas COVID-19 pada 23 Januari 2022 angka penambahan kasus COVID-19 yaitu 2.925 kasus.
Peningkatan kasus tersebut diduga berkaitan dengan penemuan jumlah kasus varian Omicron hingga tanggal 23 Januari adalah 1.629 kasus terkonfirmasi, dan akan lebih banyak lagi bila ditambah dengan kasus yang masuk kategori “probable” yang sedang menunggu hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS).
Hal tersebut ditengarai oleh minimnya gejala yang dikenali dari varian Omicron. Sebab, varian tersebut memiliki gejala yang jauh berbeda dengan varian sebelumnya, termasuk Delta, varian yang mendominasi di dunia
"COVID-19 mengalami mutasi menjadi Alfa, Beta dan Delta. Semua varian mutasi yang terjadi itu terkumpul di Omicron. Itu yang mungkin sebabkannya menghindar dari perlawanan sistem imun dan menyebar luas sangat cepat," ujar Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan SpP, dalam acara virtual, Senin, 24 Januari 2022.
Dokter Erlina menuturkan bahwa pada dasarnya gejala dari tiap varian, hampir mirip. Hanya saja, gejala dominannya berbeda dari tiap varian. Pada Omicron ini, gejala terbanyak ternyata bukan demam seperti pada varian COVID-19 lain.
"Kalau Delta 80 persen pasien demam. Omicron terbanyak adalah batuk kering. Badan juga terasa lemah, hidung tersumbat. Omicron yang demam hanya 38 persen pasiennya. Jadi sekarang batuk menjadi entry point," tegas Erlina.
Berdasarkan data pada 43 pasien Omicron, 89 persennya mengeluh batuk. Diikuti dengan kelelahan (65 persen), hidung tersumbat atau meler (59 persen), demam (38 persen), mual muntah (22 persen), sesak napas (16 persen), diare (15 persen), dan anosmia (8 persen).
"(Lebih spesifik) Batuknya kering. Gejala paling sering juga adalah nyeri dan gatal tenggorokan. Karena omicron bereplikasi di saluran napas. Yang sesak hanya 16 persen karena Omicron jarang di paru," jelasnya.
Untuk itu, Erlina meyakini bahwa vaksin booster bisa menjadi jawaban untuk meningkatkan kekebalan terhadap Omicron. Ditambah dengan protokol kesehatan lengkap, Erlina berharap agar kekebalan kelompok bisa dicapai. Namun, Erlina tetap meminta masyarakat untuk waspada akan lonjakan kasus nantinya.
"Untuk pemerintah, segera sediakan tempat isolasi untuk antisipasi lonjakan kasus," pungkasnya.