Rencanakan Kehamilan, Jangan Salah Pilih 6 Jenis Alat Kontrasepsi Ini

Ilustrasi Alat Kontrasepsi
Sumber :
  • Dokumentasi HonestDocs

VIVA – Setiap pasangan yang baru menikah sebagian besar tak sabar untuk segera memiliki keturunan. Namun, ada juga pasangan yang ingin menunda kehamilan karena ingin fokus berdua atau sibuk dengan rutinitas pekerjaan.

Alat kontrasepsi tak hanya untuk mencegah terjadinya kehamilan, jenis alat kontrasepsi tertentu juga dapat mencegah infeksi menular seksual.

“Sebenarnya alat kontrasepsi bekerja memisahkan sel sperma dan sel telur, mencegah pertemuan sel sperma dan sel telur, serta mengganggu dan menurunkan produksi sel telur,” kata dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAAM) lewat tayangan Tanya Dokter di kanal YouTube VDVC Health yang tayang pada 28 Desember 2021.

Setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap pasangan penting untuk mengetahui tingkat efektivitas setiap alat kontrasepsi. Untuk mencegah kehamilan, berikut berbagai jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan. Apa saja?

“Berbagai metode atau alat kontrasepsi di antaranya adalah pil kontrasepsi, yang mengandung hormon estrogen atau progesteron. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara menghambat terjadinya ovulasi sehingga sel sperma tidak bisa membuahi sel telur. Pil kontrasepsi juga akan berdampak dengan siklus haid namun kerugiannya pil kontrasepsi tidak mampu mencegah infeksi menular seksual,” ungkap dr. Haekal melanjutkan penjelasannya.

Alat kontrasepsi lainnya yaitu kondom yang dapat bekerja dengan cara memisahkan sel telur dan sel sperma sehingga tidak terjadi pertemuan. Adapun keunggulan dari kondom dapat mencegah terjadi infeksi menular seksual.

Kondom biasanya terbuat dari bahan lateks dan bekerja dengan cara menghalangi sperma masuk ke vagina dan mencapai sel telur. Ada beberapa kelebihan kondom yaitu harganya relatif murah, praktis dan dapat diperoleh di toko atau apotek serta dapat mencegah dari penyakit menular seksual. Namun, kondom juga punya beberapa kekurangan yaitu tingkat kegagalan mencapai 15 persen, terutama jika penggunaan kondom kurang tepat dan hanya bisa digunakan sekali dan harus diganti setelah ejakulasi.

Dokter Haekal menjelaskan, alat kontrasepsi lainnya seperti IUD atau spiral yang terbuat dari tembaga yang dapat menghambat pertemuan sel sperma dan sel telur dan apabila terjadi pembuahan, maka IUD akan membuat rahim di kondisi yang tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan berkembang biak. Alat kontrasepsi ini dapat bertahan 5-10 tahun.

Sementara itu, ada alat kontrasepsi lainnya yaitu suntik KB yang mengandung hormon progestin dapat mencegah atau mengganggu ovulasi sehingga tidak terjadi produksi sel telur. Hanya saja suntik KB tidak dapat mencegah infeksi menular seksual.

“Ada juga metode diafragma, cincin vagina, kondom wanita, kontrasepsi mantap yaitu vasektomi pada laki-laki dan tubektomi pada perempuan,” lanjut dr. Haekal Anshari menuturkan.

Berdasarkan laman Alodokter, ada alat kontrasepsi lainnya yaitu koyo ortho evra yang dapat digunakan dengan cara ditempelkan pada kulit dan diganti setiap seminggu sekali selama 3 minggu. Cara kerja koyo ini adalah dengan melepaskan hormon yang sama efektifnya dengan yang terdapat dalam pil KB.

Kelebihan koyo tersebut yakni tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil dan kaum hawa merasakan haid menjadi lebih lancar dan mengurangi kram saat haid. Koyo ortho evra tentu ada kekurangan seperti harganya relatif mahal, tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan efek samping yang serupa dengan efek samping pil KB.

Oleh sebab itu, setiap pasangan harus tahu alat kontrasepsi apa yang akan mereka pakai. Sehingga pasangan suami-istri disarankan untuk berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu.

“Tergantung indikasi dan sesuai kebutuhan pasangan dan harus selalu konsultasi ke dokter untuk dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai,” ujar dr. Haekal Anshari.