Heboh, Studi Ini Ungkap Religi Pengaruhi Tingkat Kepuasan Seksual

pasangan
Sumber :
  • revov zone

VIVA â€“Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam Journal of Family Psychology mengungkapkan bahwa tingkat religius seseorang dikaitkan dengan kepuasan seksual di antara pasangan yang sudah menikah.

Penelitian ini mensurvei 1.695 individu yang aktif secara seksual yang direkrut dari Mechanical Turk Amazon serta 481 pasangan (yang sudah komitmen menjalin hubungan minimal 2 tahun) dari perusahaan pemasaran Bovitz Inc.

Kemudian mereka ditanya seputar kereligiusan, hambatan dalam seksual, pengudusan seksual dan tingkat kepuasan. Hasilnya, tingkat religius seseorang memengaruhi kepuasan seksual.

Dari survei tersebut, partisipan religius yang menganggap bahwa gairah seksual adalah hal yang terlarang atau menjadi hambatan, memiliki tingkat kepuasan seksual yang rendah. Namun partisipan yang menganggap hubungan seksual dengan pasangannya adalah hal yang suci cenderung memiliki tingkat kepuasan seksual yang tinggi.

Penulis penelitian dari University of Toronto, Nathan Leonhardt, mengatakan, dia sering mendengar bahwa agama dapat memengaruhi hubungan seksual banyak orang. Namun, penelitian terkait hal itu masih terbatas. Karenanya, dia berusaha untuk membuktikannya sendiri.

"Penelitian ini tujuannya adalah untuk lebih memahami bagaimana agama bisa menjadi kekuatan positif atau negatif dalam hubungan seksual," kata dia, dikutip VIVA dari laman PsyPost, Selasa 4 Januari 2022.

Para peneliti juga menemukan, sementara kereligiusan pria dapat memperkirakan kesucian seksual pasangannya. Namun, kereligiusan wanita tidak bisa memprediksi kesucian seksual pria. Leonhardt menduga, hal ini karena pria terlihat sebagai seorang penjaga untuk mensucikan seks di dalam hubungan, apalagi di dalam banyak agama pria merupakan pemimpin.

Kendati demikian, penelitian ini masih memiliki batasan. Sebab, Leonhardt menilai agama adalah sesuatu yang rumit. Selain itu, ada banyak faktor yang bisa memengaruhi kepuasan seksual pada seseorang, seperti perilaku sehat dan tidak sehat serta tingkah laku mereka.

Namun, Leonhardt berharap penelitian ini dapat mendorong lebih banyak orang untuk mempertimbangkan bagaimana agama dapat meningkatkan hubungan seksual pasangan.