3 Mitos Tentang MSG, Ternyata Gak Bikin Lemot

Ilustrasi otak manusia.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Monosodium Glutamat atau MSG telah dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan, di antaranya obesitas, gangguan metabolisme dan toksisitas otak. Benarkah demikian?

Berikut beberapa perbandingan hasil penelitian terdahulu dengan saat ini mengenai efek kesehatan dari mengonsumsi MSG, dikutip VIVA dari laman Healthline.

1. Efek pada asupan energi

Bukti lama menyatakan dengan membuat makanan terasa lebih enak, MSG dapat mengganggu efek sinyal hormon leptin di otak. Leptin diketahui bertugas memberi tahu tubuh bahwa kamu sudah cukup makan. Pada gilirannya, konsumsi MSG dikatakan dapat meningkatkan asupan kalori.

Namun, data terkini bertentangan dengan hal itu. Beberapa penelitian telah menemukan, MSG justru dapat menekan nafsu makan. Studi lain juga mencatat, mengonsumsi makanan yang diperkaya MSG, membuat seseorang makan lebih sedikit kalori pada makanan berikutnya.

2. Obesitas dan gangguan metabolisme

BAHAYA OBESITAS

Photo :
  • U-Report

MSG telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan metabolisme, terutama karena penelitian pada hewan yang menghubungkan zat aditif itu dengan resistensi insulin, kadar gula darah tinggi, dan diabetes.

Namun, penelitian sebelumnya telah menggunakan metode yang tidak tepat untuk menentukan konsumsi MSG, seperti suntikan daripada dosis oral. Hal ini dapat menyebabkan efek pada otak yang tidak terkait dengan asupan makanan.

Terlebih lagi, data yang ditemukan saat ini bertentangan. Misalnya, penelitian hewan yang lebih baru telah menemukan hubungan antara zat umami dan efek anti-obesitas. Sebaliknya, penelitian pada hewan dan manusia lainnya tidak menunjukkan efek pada berat badan.

3. Efek pada kesehatan otak

Glutamat memainkan banyak peran penting dalam fungsi otak. Sebagai permulaan, dia bertindak sebagai neurotransmitter, yaitu zat kimia yang merangsang sel-sel saraf untuk mengirimkan sinyal. 

Beberapa penelitian mengklaim bahwa MSG dapat menyebabkan toksisitas otak yang mengakibatkan kematian sel. Namun, glutamat dalam makanan kemungkinan hanya sedikit atau tidak berpengaruh pada otak, karena hampir tidak ada yang lolos dari usus ke dalam darah atau melintasi penghalang otak. 

Faktanya, hasil penelitian menunjukkan, setelah dicerna, MSG sepenuhnya dimetabolisme di usus. Dari sana, ia berfungsi sebagai sumber energi, diubah menjadi asam amino lain, atau digunakan dalam produksi berbagai senyawa bioaktif. Secara keseluruhan, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa MSG dapat mengubah kimia otak, jika dikonsumsi dalam jumlah normal.

Di sisi lain, PT. Ajinomoto Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan Inovasi Halal Terbaik untuk kategori korporasi, dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI. Penghargaan tersebut diterima langsung di Jakarta oleh Fumihiro Kobayashi selaku Wakil Presiden Direktur PT. Ajinomoto Indonesia. 

Direktur PT. Ajinomoto Indonesia sekaligus Koordinator Auditor Halal Internal perusahaan, Yudho Koesbandryo, mengatakan, penghargaan ini sangat berarti bagi kemajuan Manajemen Halal mereka dan memberikan motivasi serta kebanggan bagi perusahaan untuk terus memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat Indonesia yang menjadi prioritas utamanya. 

"Penghargaan ini kami terima dengan penuh syukur sebagai salah satu bentuk apresiasi dari Kemenperin RI, bahwa kami mampu mengembangkan dan memperkuat inovasi produk halal di Indonesia, serta membangun kepercayaan dengan pelanggan kami," ujar Yudho dalam keterangannya, Jumat 24 Desember 2021. 

Menurut Yudho, Ajinomoto akan terus melakukan perbaikan dan penyesuaian dengan undang-undang dan peraturan lainnya, sehingga implementasi Sistem Jaminan Halal (SJH) di masa depan tetap terjaga dan konsisten melakukan inovasi dan memberikan produk yang baik untuk seluruh keluarga di Indonesia.

"Hal ini merupakan wujud kolaborasi antara berbagai pihak dalam IHYA (Indonesia Halal Industry Award). Harapan kami, IHYA 2021 menjadi langkah awal kita bersama dalam rangka membangun ekosistem industri halal nasional, menaikkan reputasi industri lokal, dan meningkatkan daya saing industri nasional di tingkat global,” ujar Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita.