Musim Hujan Rentan Pilek, Kenali Bedanya dengan Gejala Omicron
- Freepik/freepik
VIVA – Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa satu kasus pasien COVID-19 Omicron telah ditemukan. Selain itu, lima kasus dugaan varian serupa juga ditemukan pada WNI yang pulang dari luar negeri.
Kasus Omicron di negara lain sudah sangat meluas lantaran sifatnya yang mudah menular, melebihi varian Delta. Namun, gejala Omicron sendiri masih sulit dideteksi dan rupanya kerap disamakan dengan gejala flu yang melanda di akhir tahun ini.
Dilansir dari laman The Sun, Jumat, 17 Desember 2021, sejatinya para ahli mengatakan bahwa gejala Omicron cenderung berbeda dari tiga gejala khas COVID-19. Tiga gejala itu termasuk batuk terus-menerus baru, suhu tinggi dan kehilangan rasa dan bau. Tetapi para ahli mengatakan gejalanya lebih seperti pilek musim hujan.
Apalagi, data menunjukkan bahwa hampir seperempat orang yang pilek sebenarnya mengidap COVID-19. Lantas, bagaimana kita melihat perbedaannya? Ahli virus dan Profesor Onkologi Molekuler, Profesor Lawrence Young mengatakan bahwa gejala flu dan Omicron dibedakan pada dua hal ini.
"Tampaknya ada tumpang tindih dengan gejala pilek dan ada perkiraan dari data dari ZOE bahwa seperempat orang yang pilek sebenarnya mengidap COVID-19," tuturnya.
"Mereka memang tumpang tindih tetapi tampaknya timbulnya pilek sedikit lebih bertahap. Tetapi dengan Omicron, orang-orang mengalami sakit kepala dan kelelahan dengan cepat jika mereka menderita COVID-19," imbuhnya.
Sedangkan pilek berkembang selama beberapa hari. Khusus bagi orang tua, segera periksa si kecil jika anak menunjukkan tanda-tanda seperti masuk angin. Komentarnya itu serupa dengan Profesor Tim Spector dari King's College London, yang merupakan kepala Aplikasi Pelacak Gejala ZOE.
Prof Spector mengatakan bahwa orang yang mencatat gejala mereka melalui aplikasi ZOE memiliki gejala seperti pilek, bukan trio klasik gejala COVID.
"Jadi perlahan-lahan berubah menjadi kondisi yang lebih ringan dan bergejala yang terlihat seperti pilek parah bagi banyak orang. Orang perlu tahu tentang itu. Jangan menunggu suhu tinggi," katanya.
Namun dia menjelaskan bahwa gejala COVID sebenarnya tidak terlihat berbeda dibandingkan dengan apa yang dialami orang dengan varian Delta. Prof Spector mengatakan bahwa banyak orang yang tidak menyadari bahwa varian tersebut telah berubah menjadi penyakit yang lebih 'seperti pilek'.
"Kami sudah tahu bahwa gejala Delta lebih ringan dari varian sebelumnya dan itu tidak berlangsung lama. Kami belum memiliki data akurat tentang Omicron. Sejauh ini kami melihat rentang waktu yang cukup singkat, penyakit yang cukup ringan, hampir semua orang menjadi lebih baik dalam lima hari, tetapi banyak orang berada di sisi yang lebih muda dan kami belum punya banyak orang yang sangat sakit yang akhirnya pergi ke rumah sakit. Sejauh ini infeksi terlihat ringan dan termasuk sakit kepala, kelelahan, bersin."
Meskipun demikian, pengamatan klinis yang keluar dari Afrika Selatan, di mana variannya tersebar luas, menunjukkan bahwa ada lima gejala khususnya yang harus diwaspadai orang. Ini adalah tenggorokan gatal, nyeri otot ringan, kelelahan ekstrem, batuk kering dan keringat malam.
Gejala-gejala baru ini dapat berarti bahwa banyak orang tidak mengalami infeksi karena tenggorokan yang gatal dapat menjadi bagian dari pilek, dan banyak orang dapat salah mengira nyeri punggung sebagai nyeri dan gangguan umum.