Indonesia Pernah Lakukan Operasi Batang Otak Pertama di Asia Tenggara
- Freepik
VIVA – Ketua Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals Prof. Dr. Dr. dr. Eka J. Wahjoepramono, Sp.BS (K), Ph.D., menceritakan pengalamannya yang sudah selama 25 tahun menjadi dokter bedah.
Dia mengungkapkan, awal perjalanannya menjadi tim bedah saraf dimulai pada tahun 1996.
"Saat itu saya masih seorang diri sebagai spesialis bedah saraf di Siloam Hospitals Lippo Karawaci dan kita mulai melakukan operasi dengan alat yang sederhana," cerita dia saat perayaan 25 tahun Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals berkarya dan melayani Indonesia baru-baru ini.
Prof. Eka menambahkan, seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan masyarakat untuk tindakan bedah saraf, mereka mulai mengembangkan timnya dengan merekrut empat dokter spesialis bedah saraf lain.
"Selanjutnya dengan bertambahnya Siloam Hospitals di berbagai kota, bertambah pula anggota tim bedah saraf kami hingga kini berjumlah 28 dokter spesialis saraf yang tersebar di berbagai Siloam Hospitals," kata dia.
Prof. Eka bercerita, tim bedah saraf Siloam Hospitals telah sukses menangani berbagai kasus terkait kesehatan otak dan menorehkan berbagai catatan yang membanggakan bagi dunia kesehatan Indonesia.
"Salah satu pencapaian tersebut adalah operasi batang otak. Batang otak adalah bagian otak yang terletak di dasar otak dan terhubung ke saraf tulang belakang. Selain itu, bagian otak ini juga berperan sebagai penghubung antara otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan saraf tulang belakang," terang dia.
Eka menjelaskan, batang otak tidak hanya mampu mengendalikan gerakan tubuh, namun juga berperan penting bagi kelangsungan hidup setiap individu.
"Dimulai dari operasi pertama yang dilakukan pada tahun 2001 dan tercatat sebagai operasi batang otak pertama di Asia Tenggara. Hingga kini, tim bedah kami telah melakukan lebih dari 70 operasi batang otak dengan tingkat kesuksesan 100 persen," tuturnya.
Menurut Eka, tidak banyak dokter bedah saraf yang berani melakukan operasi batang otak, karena berisiko sangat tinggi mengakibatkan kematian.
"Namun, kami bertekad untuk dapat membuktikan bahwa dokter Indonesia memiliki kompetensi dan kemampuan yang tidak kalah hebat dengan bangsa lain, serta kami akan selalu ada untuk melayani anak bangsa yang membutuhkan tindakan terkait otak dan bedah saraf," tambahnya.
Lebih lanjut Prof. Eka mengatakan, dia ingin memotivasi seluruh dokter di Indonesia, khususnya di bidang bedah saraf agar berambisi dapat melakukan operasi yang sebaik-baiknya untuk pasien, apapun kalangannya, meski dengan kasus tersulit sekali pun.
"Mari kita bersama-sama saling mendukung, yang senior mendukung junior agar suatu saat kita akan mencapai kompetensi yang sama. Kita harus menjadi dokter bagi anak bangsa sendiri dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada dokter di Indonesia. Niscaya, derajat dokter Indonesia akan dapat dipandang sama dengan dokter lainnya di dunia," tukas Prof. Eka J. wahjoepramono.