CDC Afrika Sebut Varian Omicron Picu Gelombang Ke-4 COVID-19
- pexels/Edward Jenner
VIVA – Badan pengawas kesehatan Afrika mengimbau agar masyarakat tetap tenang atas munculnya varian COVID-19 baru, Omicron. Meski terbukti lebih bermutasi, namun pemerintah setempat menegaskan telah memberlakukan banyak cara untuk mencegahnya.
Dilansir dari laman Channel News Asia, Jumat, 3 Desember 2021, varian baru ini pertama kali dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) oleh Afrika Selatan seminggu yang lalu, dan dengan cepat muncul di seluruh benua. Kemunculannya seolah memperdalam ketakutan akan gelombang infeksi mematikan lainnya dan menandakan bahwa pertempuran akan nyaris dua tahun melawan pandemi, belum kunjung usai.
"Kami sangat prihatin tetapi tidak khawatir bahwa situasinya tidak dapat dikelola. Tidak perlu panik. Kami bukannya tak berdaya," tutur kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika), John Nkengasong.
Diumumkan seminggu yang lalu, varian Omricon ini rupanya telah meluas ke Eropa, sehingga pemerintah dengan cepat meminta kembali tindakan keras termasuk wajib mengenakan masker dan menjaga jarak sosial. Sementara pembatasan perjalanan, serta sebagian besar menargetkan Afrika Selatan, juga mulai berlaku.
CDC Afrika mengatakan telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan munculnya varian baru , amun tetap mencoba menahan lonjakan kasus. Terkini, varian Omicron telah dilaporkan di empat negara Afrika termasuk Afrika Selatan, Ghana, Nigeria dan Botswana, katanya.
"Ini akan menjadi gelombang keempat yang kita hadapi sebagai sebuah benua," kata Nkengasong.
"Kami tahu bagaimana mengerahkan responden cepat, kami tahu bagaimana memberikan intervensi yang diperlukan," tambahnya.
Ia menambahkan bahwa vaksin COVID-19 juga sudah diberikan secara merata ke benua itu. Namun, penyerapan vaksin di Afrika, sebuah benua berpenduduk hampir 1,2 miliar orang, tergolong masih rendah yakni dengan hanya 7 persen dari populasi yang sepenuhnya diinokulasi.
Afrika membutuhkan sekitar 1,5 miliar dosis vaksin COVID-19 untuk mengimunisasi 60 persen penduduknya dan mencapai beberapa tingkat kekebalan kelompok. Sejauh ini, benua tersebut telah menerima lebih dari 400 juta dosis vaksin.