Selain HIV/AIDS, 4 Penyakit Silent Killer Masih Mendominasi di RI
- U-Report
VIVA – HIV/AIDS merupakan penyakit berbahaya yang belum ada obatnya. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal kelompok atau status sosial.
Sayangnya, tak hanya HIV/AIDS, sederet masalah penyakit berbahaya lain, baik menular maupun tidak, juga masih mendominasi dunia kesehatan Indonesia.
Penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia, antara lain hipertensi, diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Dokter Penanggungjawab Klinik Utama Glori Medika Sunter, dr. Henny Fachrudin, MARS, mengatakan, Indonesia masih mengalami double burden of disease, di mana penyakit menular masih menjadi tantangan dan penyakit tidak menular meningkat tajam.
"Penyakit tidak menular atau penyakit kronis dengan durasi yang panjang, dengan proses penyembuhan atau pengendalian kondisi klinis yang umumnya lambat, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru obstruktif kronis, dan berbagai jenis kanker mengalami peningkatan, dan menjadi penyebab terbesar kematian berdasarkan riset WHO pada tahun 2013," ungkap dr. Henny dalam keterangannya, Rabu 1 Desember 2021.
Bahkan menurut Henny, beberapa di antara penyakit berbahaya tersebut, dikenal dengan istilah silent killer karena sifatnya yang tidak menunjukkan gejala di awal dan membuat pasien tidak menyadari dirinya memiliki risiko tinggi.
"Saat akhirnya menyadari, ia telah mendapati dirinya sudah memiliki penyakit penyulit atau komplikasi. Riskesdas 2013 dan studi di puskesmas menunjukkan hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8 persen) yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7 persen yang berobat," kata dia.
"Begitu juga dengan penderita diabetes, sering memiliki gejala yang begitu ringan mulai dari lemas, merasa sering lapar dan haus, ataupun sering buang air kecil. Penyakit ini semakin lama semakin berkembang dan merusak berbagai organ tubuh, seperti jantung, mata, ginjal, dan lain-lain," lanjut dia.
Mirisnya, penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan deretan penyakit kronis yang dahulu identik dengan orangtua, kini sering ditemukan menyerang usia muda, bahkan remaja.
Dokter Penaggungjawab Teknis Klinik Utama Glori Medika, Dr. Yosephine, juga mengungkapkan bahwa angka kasus penyakit jantung koroner di Indonesia mencapai 12,1 persen dari total populasi, dan semakin banyak diidap oleh kelompok usia muda, yakni 39 persen berusia kurang dari 44 tahun, dan 22 persen dari pengidap jantung usia muda berada di kisaran 15-35 tahun.
"Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, terdapat sebesar 8,7 persen penderita hipertensi berusia 15-24 tahun. Kemudian tahun 2018 angka ini menunjukkan peningkatan menjadi 13,2 persen dengan rentang usia muda yang lebih sempit yakni 18-24 tahun," ungkapnya.
"Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menyatakan angka kejadian diabetes melitus pada anak usia 0-18 tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat selama jangka waktu 10 tahun," tambah dia.
Yosephine mengatakan, meski pada umumnya penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan sekitar. Namun, pada anak muda, faktor utama yang menjadi pemicu adalah gaya hidup yang buruk seperti merokok, kebiasaan makan tidak sehat, konsumsi gula berlebih, serta kurang olahraga.
"Meski demikian, penyakit-penyakit yang tergolong ke dalam penyakit kronis tersebut dapat dicegah dan dikendalikan agar tidak membahayakan kesehatan. Selain menjaga pola hidup sehat, hal utama yang harus dilakukan adalah meningkatkan kesadaran untuk melakukan deteksi dini secara berkala," tukas dia.
Direktur Utama Klinik Utama Glori Medika, Asnan Bustamam, mengatakan, guna mendukung kemudahan masyarakat untuk mengakses fasilitas kesehatan, baik untuk pemeriksaan maupun perawatan, Klinik Utama Glori Medika kini hadir di Jakarta.
Berdiri dengan izin operasional per 1 November 2021 di Ruko Green Lake Sunter, Jakarta Utara, fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat ini melayani kebutuhan medis dasar dan spesialistik, dilengkapi ruang tindakan medis, poliklinik untuk pemeriksaan dokter umum dan dokter spesialis, pemeriksaan COVID-19 berupa antigen dan RT-PCR, medical check-up, hingga laboratorium COVID-19.
"Misi kami adalah memberikan layanan kesehatan yang baik bagi masyarakat dengan memerhatikan hak dan kewajiban pasien, peningkatan mutu tenaga medis melalui pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan, dan harapan kami untuk dapat menerapkan manajemen kendali mutu melalui sertifikasi ISO," kata Asnan Bustamam.