Strain Baru Varian Delta Ditemukan di Australia, Lebih Berbahayakah?
- pixabay
VIVA – Strain baru Delta telah terdeteksi di New South Wales (NSW). Namun hingga saat ini belum diketahui bahwa strain baru varian delta yang ditemukan itu lebih menular atau lebih parah daripada strain yang ada.
Chief Health Officer NSW, Kerry Chant mengumumkan pada Jumat 8 Oktober 2021 bahwa 8 orang teridentifikasi dengan jenis COVID-19 yang tidak sesuai dengan varian saat ini yang beredar di Sydney. Tujuh dari kasus tersebut berada dalam satu rumah.
"Tidak ada indikasi bahwa jenis baru ini menunjukkan perbedaan mengenai transmisi atau efektivitas atau keparahan vaksin. Kami sedang melakukan beberapa penyelidikan ke sumber dan bagaimana transmisi terjadi,” kata kata Dr Chant seperti dikutip dari laman 9news.com.au.
Dari laporan diketahui bahwa negara bagian tersebut telah mencatat 646 kasus lokal baru COVID-19 dalam 24 jam terakhir. Sebelas orang, dimana dua wanita dan sembilan pria, telah meninggal setelah tertular virus.
Dua berusia 50-an, satu berusia 60-an, empat berusia 70-an, dan empat berusia 80-an. Dan hanya satu orang saja yang diketahui telah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Di seluruh negara bagian, 89,4 persen dari populasi di atas 16 tahun diketahui telah mendapatkan satu dosis vaksin. Tujuh puluh persen lainnya diketahui telah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Kepala Petugas Kesehatan NSW Kerry Chant mengatakan meski ada penurunan kasus di Sydney barat dan barat daya, masih ada daerah pinggiran yang menjadi perhatian. Daerah itu termasuk Greenacre, Yagoona, Panania, Lakemba, Blacktown, Liverpool dan Merrylands.
"Kami melihat peningkatan kasus di daerah Hunter. Kami telah melihat 97 kasus dilaporkan di seluruh New England, dan itu tersebar di banyak wilayah," kata Dr Chant.
Di sisi lain, jejak virus corona telah terdeteksi di Wee Waa, Quirindi dan Brewarrina di wilayah NSW.
Negara bagian itu sedang bersiap untuk keluar dari tingkat penguncian paling ketat pada hari Senin, dengan kebebasan baru diumumkan bagi mereka yang telah divaksinasi lengkap.
Sementara itu, Asosiasi Medis Australia mengatakan pihaknya khawatir pembukaan kembali dilakukan terlalu cepat.
Ketua NSW, Dr Michael Bonning, mengatakan bahkan tingkat vaksinasi 80 persen, masih beberapa minggu lagi, tidak akan menjadi akhir dari COVID-19.
"Hanya karena kita punya perdana menteri baru di kursi pengemudi, itu bukan alasan yang cukup baik untuk menyimpang dari pengadilan yang ditetapkan," kata Dr Bonning.
Dia mengatakan para profesional kesehatan juga perlu didukung dalam hal rencana, yang perlu menjaga kesehatan semua orang.
Untuk diketahui, hingga saat ini virus COVID-19 masih ada di sekitar kita termasuk di Indonesia. Maka dari itu penting bagi masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, dengan menerapkan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas).
Dengan menerapkan protokol kesehatan diharapkan masyarakat dapat melindungi diri dan orang lain dari paparan COVID-19. Selain itu, pemerintah saat ini juga telah menjalankan vaksinasi COVID-19.
Program vaksinasi juga menjadi salah satu langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia. Vaksinasi COVID-19 dilakukan agar terbentuk herd immunity (kekebalan kelompok) secara cepat.
Dengan herd immunity diharapkan bisa melindungi masyarakat dari kesakitan dan kematian akibat COVID-19. Herd Immunity sendiri bisa dicapai melalui dua cara yakni secara alami dan buatan. Herd immunity yang dibentuk secara alami terjadi ketika kita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu setelah tertular.
Hal ini memicu sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi terhadap kuman yang menyebabkan infeksi di dalam diri kita. Pasalnya, antibodi seperti pengawal khusus yang hanya mengenali kuman tertentu.
Jika kita kembali terinfeksi, antibodi yang menangani kuman sebelumnya bisa menyerang penyebab infeksi tersebut sebelum menyebar dan membuat kita jatuh sakit.