Ahli: Makanan Kaleng dan Sterofoam Terbukti Picu Kanker

Ilustrasi penyakit kanker.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Aru Wisaksono Sudoyo menyebut bahwa faktor risiko kanker cukup beragam. Namun satu hal yang pasti, sel kanker berkembang lantaran adanya zat karsinogenik dari berbagai hal di lingkungan.

Ditegaskan spesialis penyakit dalam, Prof. DR. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, lingkingan sangat berperan pada pembelahan sel normal menjadi sel kanker. Terlebih, kematian akibat kanker justru jumlahnya besar di negara berkembang akibat paparan lingkungan ini.

"95 persen kanker dari lingkungan, gaya hidup atau lifestyle. 30 persen dari apa yang masuk ke tubuh," ujarnya dalam acara virtual bersama YLKI, baru-baru ini.

Makanan kaleng

Photo :
  • inmagine

Bicara mengenai lingkungan dan yang menjadi pola makan, keduanya pun berkaitan erat. Seperti pada pemakaian wadah makanan dari sterofoam yang kerap dipakai di masyarakat dan akhirnya masuk ke makanan. Zat di sterofoam terbukti mengandung bahan karsinogen yang berbahaya.

"Yang sudah terbukti adalah pada sterofoam. Kalau makanan atau cairan panas, makanan yang tidak panas tapi berminyak juga, maka itu jadi kendaraan untuk berpindahnya molekul sterofoam ke makanan," kata Prof Aru.

Biasanya, pola hidup sehari-hari yang memakai sterofoam kerap dianggap hal sepele seperti kopi panas, makanan berminyak, hingga makanan yang masih panas. Kanker pun mengintai akibat pola hidup yang masih belum diwaspadai.

"Kalau dari segi kanker, plastik yang dipakai sehari-hari belum cukup kuat penelitiannya untuk sebabkan kanker. Terutama kalau masih ada kopi panas di sterofoam atau makanan panas tidak dibungkus plastik, maka bahan sterofoam akan berpindah. Asal berminyak juga seperti mi goreng saja bisa pindahkan bahan-bahan sterofoam ke makanan," katanya.

Hal serupa juga berdampak dari makanan kaleng yang masih menjadi gaya hidup masyarakat kekinian. Sajiannya yang praktis dan cepat membuat masyarakat kerap mengonsumsi makanan kaleng yang bisa mencetuskan kanker. Sebab, di dalam kaleng tersebut mengandung bahan kimia bernama Bisphenol A atau BPA yang terbukti faktor pemicu kanker.

"Kalau bahan BPA dari makanan kaleng, maka kalau kita itu kadang-kadang memanaskan kaleng dalam panci berisi air panas maka itu akan pindah BPA-nya. Paling tidak kalau enggak bisa larang masyarakat enggak makan makanan kaleng, minimal tidak panaskan makanannya di dalam kaleng. Itu jelas BPA-nya pindah," tuturnya.