WHO Sebut Varian Delta Lebih Mengkhawatirkan Dibanding Varian Mu
- pixabay
VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan, varian delta menjadi mutasi virus corona yang paling mengkhawatirkan meskipun kini telah muncul varian virus corona baru B1621 atau dikenal dengan varian Mu.
Pemimpin Teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove menjelaskan, varian Mu yang dimasukkan ke dalam Variant of Interest atau VOI minggu lalu memiliki mutasi yang menunjukkan, virus itu kebal dari vaksin.
“Varian delta bagi saya adalah yang paling mengkhawatirkan karena peningkatan penularannya,” kata Kerkhove.
Dia menambahkan, setidaknya varian delta dua kali lipat penularan virus asli yang muncul pada akhir 2019.
Varia delta diketahui dengan cepat menyebar setidaknya ke 170 negara, termasuk AS, sejak pertama kali terdeteksi di India pada Oktober lalu. Menurut badan kesehatan internasional hal itu dengan cepat menjadi varian dominan di banyak wilayah tersebut,
Di sisi lain, varian Mu, meningkat prevalensinya di beberapa negara Amerika Selatan tetapi juga menurun di wilayah lain di dunia, terutama di mana varian delta sudah beredar, katanya.
Di sisi lain, kepala program kedaruratan kesehatan WHO, Dr. Mike Ryan menjelaskan, setiap virus baru yang muncul harus mampu bersaing dengan ‘kelas terbaik’, dan saat ini adalah delta. Varian delta cenderung ‘mengungguli’ varian lain, seperti mu, katanya.
Ryan mengatakan, tidak masalah jika varian baru memiliki perubahan genetik yang memungkinkannya menghindari perlindungan vaksin jika dapat menularkan secara efisien.
"Kami akan berharap untuk melihat lebih banyak" varian seperti delta. Tapi perlu diingat tidak setiap varian berarti langit akan runtuh. Setiap varian perlu dilihat karakteristiknya dalam hal potensinya menyebabkan penyakit yang lebih parah, potensinya untuk menular, potensinya untuk lolos dari vaksin,” kata Ryan.
Diketahui WHO saat ini tengah memantau empat varian of concern. Pertama varian alpha, yang pertama kali terdeteksi di Inggris. Kedua, varian beta, pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan. Ketiga, varian gamma, pertama kali terdeteksi di Brasil, dan delta.
Varian yang menjadi perhatian umumnya didefinisikan sebagai strain bermutasi yang lebih menular, lebih mematikan, atau lebih resisten terhadap vaksin dan perawatan saat ini.
WHO juga terus mencermati empat varian lain yang menarik termasuk lambda, yang pertama kali diidentifikasi di Peru yang telah menyebabkan wabah di banyak negara dan memiliki perubahan genetik yang dapat membuatnya lebih berbahaya daripada jenis lainnya.
Kepala penasihat medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci membahas kekhawatiran tentang varian Mu minggu lalu, dan mengatakan itu bukan ancaman langsung bagi AS.
"Kami memperhatikannya, kami menganggap semuanya seperti itu dengan serius, tetapi kami tidak menganggapnya sebagai ancaman langsung saat ini," kata Fauci pada konferensi pers, Kamis.
WHO mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami karakteristik klinis dari varian baru.
"Saat ini adalah VOI. Jika itu mengkhawatirkan, maka kita benar-benar perlu melihat diagnosa dan bagaimana kita mengembangkan vaksin kita,”kata Ryan.
Pemerintah Pengawasan Internasional Mencegah Masuknya Varian Mu
Di sisi lain, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan bahwa berdasarkan hasil whole genome sequencing (WGS) per 6 September 2021, varian ini tidak ditemukan di Indonesia.
"Dalam hal ini pemerintah senantiasa berupaya mencegah masuknya varian baru dari luar Indonesia melalui pengetatan kebijakan karantina internasional, entry dan exit testing serta persyaratan vaksin," Wiku menjawab pertanyaan media dalam agenda Keterangan Pers di Graha BNPB, Selasa (7/9/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Selain itu, pemerintah berupaya mencegah munculnya varian baru di dalam negeri melalui strategi vaksinasi, serta melalui berbagai kebijakan menyeluruh yang mampu menekan angka kasus. Tentunya hal ini dapat berhasil jika dibarengi peran aktif masyarakat yang tetap mempertahankan disiplin 3M dan sudah divaksinasi.