Ilmuwan Temukan Bisa Ular Bisa Hambat Virus Corona Berkembang Biak

Virus corona COVID-19
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Baru-baru ini, peneliti di Brasil menemukan bahwa molekul dalam bisa ular bisa menghambat reproduksi virus corona dalam sel monyet. Hal ini menjadi langkah pertama yang memungkinkan untuk membuat obat dalam memerangi COVID-19.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Molecules bulan ini menemukan bahwa molekul yang dihasilkan oleh ular beludak Jararacussu menghambat kemampuan virus untuk berkembang biak dalam sel monyet hingga 75 persen.

"Kami mampu menunjukkan komponen racun ular ini mampu menghambat protein yang sangat penting dari virus," kata profesor Universitas Sao Paulo dan penulis studi tersebut, Rafael Guido seperti dikutip dari laman Asiaone.

Molekul yang dapat menghambat reproduksi virus corona dalam sel monyet itu adalah peptida, atau rantai asam amino, yang dapat terhubung ke enzim virus corona yang disebut PLPro, yang sangat penting untuk reproduksi virus, tanpa melukai sel lain.

Sudah dikenal karena kualitas antibakterinya, peptida dapat disintesis di laboratorium, kata Guido dalam sebuah wawancara, membuat penangkapan atau pemeliharaan ular tidak perlu dilakukan.

"Kami waspada terhadap orang-orang yang pergi berburu Jararacussu di sekitar Brasil, mengira mereka akan menyelamatkan dunia... Bukan itu! Bukan bisa itu sendiri yang akan menyembuhkan virus corona," kata seorang herpetologis yang menjalankan koleksi biologi Instituto Butantan di Sao Paulo, Giuseppe Puorto.

Para peneliti selanjutnya akan mengevaluasi efisiensi dosis molekul yang berbeda dan apakah itu mampu mencegah virus memasuki sel sejak awal, menurut pernyataan dari Universitas Negeri Sao Paulo (Unesp), yang juga terlibat dalam penelitian tersebut.

Mereka berharap untuk menguji substansi dalam sel manusia tetapi tidak memberikan batas waktu.

Jararacussu adalah salah satu ular terbesar di Brasil, yang berukuran hingga enam kaki (dua meter). Ular jenis ini hidup di Hutan Atlantik pesisir dan juga dapat ditemukan di Bolivia, Paraguay, dan Argentina.