Dokter Anak Ingatkan Kembali Soal Bahaya BPA

BPA.
Sumber :
  • http://penghuni60sains.blogspot.com/

VIVA – Bahaya penggunaan wadah plastik yang mengandung Bisphenol A atau BPA mengundang dokter spesialis anak, Farabi El Fouz angkat bicara. Menurut Farabi beberapa produk untuk anak mengandung BPA.

"Jadi BPA yang digunakan industri pangan, bisa mengeraskan dan melenturkan plastik. Ada beberapa laporan botol susu, wadah makanan, piring, sendok, bahkan susu kaleng bayi itu mengandung BPA. Kalau di kaleng susu, BPA untuk mencegah korosi, dan mencegah bersenyawa nya bahan makanan terhadap wadah besi tersebut," kata Farabi dalam keterangan tertulisnya. 

Namun menurut Farabi, pengetahuan tentang bahaya Bisphenol A menjadi penting. Apabila terjadi akumulasi dalam waktu yang lama, bisa menimbulkan penyakit yang serius seperti kanker, gangguan hormon, penyakit jantung koroner, diabetes, gangguan kekebalan tubuh, dan ketidaknormalan enzim pada hati dan lainnya.

"Yang menjadi masalah adalah, kandungan BPA setelah diteliti ternyata bisa memberikan efek buruk seperti kanker dan gangguan endokrin serta banyak juga gangguan lainnya," ucapnya.

Menurut Farabi, sebagian besar ibu di Indonesia membuat susu atau bubur bayi dari air yang bisa saja berasal dari wadah galon isi ulang yang mengandung BPA. Padahal semua wadah bayi sudah free BPA. Sehingga ini yang mengkhawatirkan. Ia mengatakan, bagi bayi, balita dan janin tidak disarankan bersentuhan dengan BPA. 

"Bahayanya adalah meningkatnya resiko kematian. Kematian Ini multi faktor, jadi kejelasan menjadi poin penting pada hal ini. Sebagai contoh penyakit COVID ini bisa isolasi virusnya jadi bisa jelas, tapi BPA agak sulit deteksinya karena tidak tersedia disemua laboratorium, jadi pada laporan tersebut kematian itu bisa serangan jantung dengan kolestrol," katanya.

"Dan punya kadar BPA yang lumayan sehingga dianggap BPA memiliki kontribusi perburukan, ini jadi hambatan penegasan efek kematian akibat BPA tetapi sudah ada beberapa jurnal mengatakan BPA punya resiko angka kematian,jadi kita harus melek BPA," ujarnya lagi.

Maka Dokter Farabi El Fouz berharap agar pemegang regulasi bisa memperhatikan hal-hal seperti ini. Ia menegaskan tidak ada toleransi bagi bayi, balita dan janin. Mereka adalah kelompok usia rentan yang mudah terpapar BPA. Ia berharap agar wadah plastik yang mengandung BPA terdapat label peringatan agar tidak digunakan oleh bayi, balita dan janin.

Sementara itu, BPOM melakukan pengujian cemaran BPA dalam produk AMDK (air minum dalam kemasan). Hasil uji laboratorium dengan batas deteksi pengujian sebesar 0,01 bpj menunjukkan cemaran BPA dalam AMDK tidak terdeteksi.

“Hasil sampling dan pengujian laboratorium terhadap kemasan galon AMDK jenis PC yang dilakukan tahun ini menunjukkan adanya migrasi BPA dari kemasan galon sebesar rata-rata 0,033 bpj. Nilai ini jauh di bawah batas maksimal migrasi yang telah ditetapkan Badan POM, yaitu sebesar 0,6 bpj," tulis keterangan resmi BPOM.