Ibu Positif COVID-19 Dapat Tulari Bayi Lewat ASI, Dokter: Hoaks
- Pixabay
VIVA – Menyusui Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi merupakan hak yang perlu diberikan di tengah pandemi COVID-19. Namun, tak sedikit para ibu yang berhenti menyusui lantaran percaya bahwa COVID-19 bisa menular lewat ASI dan membahayakan si kecil.
Dipaparkan Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, bahwa segelintir kabar bohong alias hoaks memicu penyetopan ASI dari ibu kepada bayinya. Salah satu yang kerap ditanya para ibu menyusui kepada tenaga kesehatan adalah penularan virus SARS-CoV-2 melalui ASI.
"Paling sering disampaikan nakes yang didapat dari ibu adalah COVID-19 bisa menular lewat asi dari menyusui. Hampir tiap ibu menyusui nanya itu," ujar Ray dalam acara virtual bersama HCC, Rabu 4 Agustus 2021.
Padahal, Ray menegaskan, tak ada kaitan antara penularan COVID-19 pada bayi melalui ASI. Terlebih, Ray menjelaskan bahwa pada ibu menyusui yang terkonfirmasi positif COVID-19 malah memiliki 'senjata' menangkal virus secara alami untuk bayinya.
"WHO sudah bilang sebaliknya malah, sama seperti sebuah penelitian menyebut malah di ASI ibu yang terkonfirmasi positif justru ada antibodi spesifik yang melindungi bayi agar tidak terinfeksi COVID-19," bebernya.
Hoaks kedua yang paling sering ditanyakan ibu dan beredar di jejaring sosial adalah terhambatnya ASI saat ibu terdiagnosis COVID-19. Hal itu sebenarnya tak terjadi dan ibu masih bisa tetap memberi ASI secara langsung maupun memerahnya secara rutin untuk nanti diberikan pada bayi.
"Ketiga, informasi paling banyak dibilang bahwa soal vaksin. Ibu hamil dan menyusui takut vaksin karena dianggap (bahan dari vaksin) bisa tersalurkan lewat asi dan malah bahaya buat bayi. Itu yang salah," jelasnya.
Adanya hoaks ini menjadi salah satu hambatan pemberian ASI pada anak. Faktanya bahwa 62 persen tenaga kesehatan di layanan primer di Indonesia kesulitan mempertahankan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama masa pandemi.
"Otomatis harus lewat online pemaparannya. Dokter juga harus bantu menjelaskannya. Lawan hoaks dengan ekstend langsung pesannya di media sosial. Karena akses terhadap online tinggi sekali, kita berikan informasi yang benar langsung di media sosial," pesannya.