COVID-19 Varian Delta Plus Lebih Dikhawatirkan, Ini Kata Pakar IDI
- vstory
VIVA – COVID-19 Varian delta plus kini tengah disorot lantaran dianggap dapat lebih berbahaya dibanding varian lain. Ketua Satuan Gugus Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban menjelaskan bahwa hal ini didasari oleh penanganannya yang tak biasa. Seperti apakah itu?
Diterangkan Prof Zubairi, belum diketahui lebih pasti mengenai kecepatan penularannya dibanding varian lain. Terlebih, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) masih memasukkan informasi Delta Plus ke kelompok Delta.
"Demikian pula WHO, yang belum jelas menyatakan Delta Plus ini lebih berbahaya atau menular," jelasnya dikutip dari akun twitter @ProfZubairi, Senin 2 Agustus 2021.
Terkait vaksinasi, Prof Zubairi juga menyebut masih sangat sedikit data penelitian dari varian delta plus. Tetapi, yang sudah terbukti adalah varian delta 'Asli' yang dapat menurunkan efikasi vaksin.
Hal ini terlihat dari munculnya kembali kasus COVID-19 di Amerika Serikat meski masyarakatnya telah divaksinasi.
"Ketika vaksinasi masif, kasusnya memang turun drastis. Tapi kemudian naik lagi. Sekarang, jumlah kasus baru di Amerika dalam seminggu terakhir, menempati posisi pertama dunia—meski sudah melakukan vaksinasi lebih dari 50 persen warganya," terangnya.
Meski begitu, belum ada data pasti apakah kenaikan kasus tersebut berhubungan langsung dengan varian delta plus. "Yang jelas, varian Delta yang diketahui saat ini lebih menular dari virus yang menyebabkan MERS, SARS, Ebola, flu biasa, flu musiman, dan cacar. Demikian kata CDC," imbuhnya.
Selain itu, Prof Zubairi menekankan bahwa varian delta plus memang menjadi perhatian para pakar lantaran dikhawatirkan dapat menganggu pengobatan pasien COVID-19. Terlebih, pengobatan tersebut sudah mendapat izin edar darurat atau Emergency Use Authorization (EUA). Mengapa demikian?
"Untuk pasien COVID-19, yang membutuhkan terapi obat antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal ini bagus banget dan bisa selamatkan nyawa pasien COVID-19. Nah, varian Delta Plus ini dikhawatirkan tidak mempan dengan obat antibodi monoklonal sehingga akan mengurangi hasil pengobatannya," pungkasnya.