Makan Daging Berlebih saat Idul Adha, Bahaya Diabetes Mengintai

Ilustrasi daging kambing.
Sumber :
  • Freepik/dashu83

VIVA – Lebaran Idul Adha identik dengan olahan makanan nikmat berbahan dasar daging sapi dan kambing. Meski terdengar lezat, namun hati-hati karena mengonsumsi daging merah dapat memicu risiko diabetes. Bagaimana penjelasannya?

Sebenarnya, kaitan antara daging merah dan diabetes tak terjadi secara langsung. Sebab, diabetes sendiri dipicu genetik keluarga, obat-obatan, gaya hidup yang minim gerak serta pola makan buruk yang berdampak pada obesitas. Daging merah sendiri erat kaitannya dengan obesitas lantaran lemak berlebih di dalamnya serta cara pengolahan yang tak tepat.

Dikutip dari laman Healthline, peneliti menduga kaitan antara daging merah dan obesitas adalah tingkat lemak jenuh dan kalori yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan banyak buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, daging memiliki jumlah kalori dan lemak yang lebih besar.

Makan daging berlebih juga telah ditunjukkan untuk meningkatkan jumlah lemak visceral atau perut. Dokter mengasosiasikan tingkat lemak perut yang lebih tinggi dengan risiko diabetes yang lebih besar.

Karenanya, ada kemungkinan lemak jenuh yang ditemukan dalam daging, terutama daging merah, dapat berkontribusi pada risiko diabetes. Untuk mencegahnya, Anda bisa memilih potongan daging tanpa lemak. Contohnya meliputi bagian pinggang atas, sirloin atas, bahu, dan tangan

Selain berfokus pada jenis daging, pengolahannya dianjurkan dengan metode memasak seperti memanggang tanpa terpapar api langsung (barbeque), merebus, mengukus, atau menggoreng.

Pada 2018, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care mengidentifikasi hubungan potensial antara konsumsi daging yang diolah pada api terbuka dan suhu tinggi, dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2. 

Daging merah memberi risiko yang lebih besar bagi subjek penelitian. Metode memasak yang dimaksud yakni dibakar seperti barbeque dan dipanggang dengan suhu tinggi dalam oven.