Kolom Prof Tjandra: Lima Poin Tes dan Telusur

Prof Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • Dokumentasi Prof Tjandra

VIVA – PPKM darurat yang sedang dijalani sekarang ini adalah upaya untuk melaksanakan pembatasan sosial, sehingga diharapkan kontak antar manusia menjadi lebih rendah & penularan antar orang juga dapat ditekan. Tetapi tentunya masih ada (dan bahkan banyak) anggota masyarakat yang sudah tertular COVID-19, dan tentu harus ada upaya keras panngulangannya.

Untuk ini, kegiatan Tes dan Telusur juga harus ditingkatkan secara maksimal sejalan dengan PPKM darurat sekarang ini. Tanpa ada tes dan telusur yang maksimal maka keberhasilan PPKM darurat akan sulit dicapai.

Ada 5 point dalam hal Tes dan Telusur. Pertama, meningkatkan test adalah komponen amat penting karena kita bisa menemukan kasus yang positif, lalu ditangani untuk pulih kesehatannya dan diisolasi/dikarantina agar memutuskan rantai penularan.

Artinya, menaikkan tes memang seakan-akan membuat kasus bertambah banyak, tetapi itu jauh lebih baik karena kita tahu berapa besar masalah kesehatan di masyarakat, daripada melaporkan jumlah sedikit padahal di lapangan masih banyak kasus.

Kedua, tes bukan hanya menemukan kasus tetapi juga akan memutus rantai penularan. Jadi peningkatan test akan berperan amat penting menyelesaikan masalah COVID-19. Kalau tes hanya sedikit maka COVID-19 jadi terus menular di masyarakat dan persoalan tidak kunjung selesai.

Kedua point ini perlu ditugaskan lagi sehingga semua daerah memang perlu menjadikan tes dan telusur sebagai salah satu kegiatan utama untuk menyelesaikan masalah COVID-19 di negaranya, dan jangan ragu tentang kenaikan angka dan atau pewarnaan zonasi situasi keparahan daerahnya masing-masing.

Ketiga, target yang harus dicapai untuk test sudahlah jelas, 1 kasus per 1000 penduduk per minggu, jadi targetnya terukur jelas dan tinggal dilakukan saja. Keempat, selain test maka juga harus diikuti dengan telusur untuk setiap kasus yang ditemui, dan sudah ditentukan pula berapa target yang harus dicari dan ditemukan dari setiap kasus positif, katakanlah antara 15-30 kontak yang harus ditemukan.

Kalau diantara mereka ada yang ternyata positif COVID-19 maka harus ditelusuri lagi 15-30 kontaknya lagi, dan demikian seterusnya. Percuma kalau hanya test ditingkatkan tapi kontaknya tidak di telusuri karena tidak akan menyelesaikan masalah. Kelima, pelaksanaan test dan telusur relatif banyak melibatkan kegiatan kesehatan, tidak berdampak bermakna pada aspek sosial ekonomi.

Jadi konkritnya, tinggal siapkan 3 sumber daya utama, petugas, alat pemeriksaan dan sistemnya, dan langsung mulai sekarang tingkatkan kegiatan tes dan telusur di semua daerah.

Petugas pada dasarnya sudah tersedia, setidaknya kita sudah punya jaringan pelayanan kesehatan primer di seluruh Indonesia, yang tentu akan ditunjang oleh sektor-sektor terkait dalam pelaksanaan di lapangan.

Tentang alat dan cara pemeriksaan, maka tehnologi PCR untuk diagnosis pasti COVID-19 dan juga tes rapid antigen sudah dikuasai di semua daerah di Indonesia. Kesiapan laboratorium PCR juga terus berkembang.

Tentang sistem maka memang harus terus ditingkatkan aspek manajemen pelaksanaannya di lapangan, bagaimana pencatatannya dan pelaporan yang baik agar semua data dapat terkompilasi dengan baik, yang tentu amat diperlukan untuk pengambilan keputusan/kebijakan di tingkat daerah dan juga tingkat nasional.

Selanjutnya, kalau Tes dan Telusur sudah (dah harusnya memang) jadi prioritas pengendalian COVID-19 maka tentu harus didukung dengan anggaran memadai di semua tingkatan.