Studi: Efektivitas Vaksin Pfizer Mengatasi Varian Delta Menurun
- dw
VIVA – Baru-baru ini sebuah penelitian yang dilakukan di Israel mengungkap bahwa efektivitas vaksin Pfizer kurang efektif terhadap varian Delta. Dari penelitian itu diketahui, efektivitas vaksin Pfizer dalam menghentikan kasus Delta dan penyakit bergejala turun menjadi 64 persen, pada 6 Juni.
Namun, vaksin Pfizer ini masih 93 persen efektif untuk mencegah penyakit serius atau rawat inap.
Dilansir dari laman The Sun, setelah seseorang diberikan satu dosis vaksin Pfizer hanya 36 persen efektif melawan penyakit simtomatik dari varian Delta, dan vaksin Oxford/AstraZeneca sekitar 30 persen efektif melawan sakit.
Tapi dua minggu setelah suntikan kedua, vaksin Pfizer memberikan 88 persen perlindungan terhadap penyebaran virus COVID dan AstraZeneca memberikan 67 persen perlindungan. Dan setelah dua dosis, vaksin Pfizer 96 persen efektif melawan rawat inap sedangkan vaksin AstraZeneca memangkas risiko hingga 92 persen.
Dengan adanya penelitian tersebut, seorang juru bicara Pfizer menolak mengomentari data dari Israel, tetapi mengutip penelitian lain yang menunjukkan bahwa antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin masih mampu menetralkan semua varian yang diuji, termasuk Delta, meskipun dengan kekuatan yang berkurang.
Di sisi lain, beberapa vaksin lain yang belum digunakan di Inggris juga telah melakukan uji coba untuk menguji seberapa efektif vaksin tersebut terhadap varian Delta.
Johnson & Johnson mengumumkan pada bulan Juli bahwa vaksin tersebut dapat menawarkan perlindungan yang lebih lama termasuk dalam varian delta.
"Kami percaya bahwa vaksin kami menawarkan perlindungan yang tahan lama terhadap COVID-19 dan memunculkan aktivitas penetral terhadap varian Delta,” ungkap perusahaan, Moderna juga mengumumkan minggu lalu bahwa mereka percaya vaksin mereka juga efektif melawan varian tersebut.
“Ini menambah kumpulan data klinis yang kuat yang mendukung kemampuan vaksin sekali pakai kami untuk melindungi dari berbagai varian yang menjadi perhatian," tambahnya.
"Ketika kami berusaha untuk mengalahkan pandemi, sangat penting bagi kami untuk proaktif ketika virus berkembang. Kami tetap berkomitmen untuk mempelajari varian yang muncul, menghasilkan data, dan membagikannya saat tersedia,” ujar CEO Moderna, Stéphane Bancel.
“Data baru ini mendorong dan memperkuat keyakinan kami bahwa vaksin Moderna Covid-19 harus tetap protektif terhadap varian yang baru terdeteksi," jelasnya.