COVID-19 Varian Delta Lebih Berbahaya, Pasien Cepat Alami Kritis
- pixabay
VIVA – Varian baru COVID-19 yang disebut dengan varian Delta menjadi ancaman yang lebih mengkhawatirkan. Virus ini tengah menyebar luas di China bagian tenggara.
Para dokter pun mengatakan bahwa mereka menemukan gejala dari varian ini berbeda dan lebih berbahaya dibandingkan dari apa yang mereka lihat pada versi pertama virus yang merebak di akhir 2019 di pusat Kota Wuhan.
Dikutip dari laman New York Times, dalam siaran televisi pemerintah beberapa pekan lalu, dokter mengatakan pasien-pasien menjadi lebih sakit dan kondisi mereka memburuk lebih cepat. Empat hingga lima dari kasus bergejala mengalami demam, lanjut dokter meskipun tidak jelas bagaimana itu dibandingkan dengan kasus sebelumnya.
Konsentrasi virus tersebut yang terdeteksi dalam tubuh para pasien itu menanjak hingga tingkat teringgi dari yang sebelumnya terlihat, kemudian menurun dengan lambat.
Direktur Pengobatan Kritis di Sun Yat-sen University, Guan Xiangdong mengatakan, hingga 12 persen pasien menjadi kritis atau mengalami keparahan sakit dalam 3-4 hari dari gejala awal muncul. Di masa lalu, proporsinya hanya 2 persen atau 3 persen, meskipun terkadang hingga 10 persen.
Para dokter di Inggris dan Brasil sudah melaporkan tren yang sama dengan varian tersebut yang bersirkulasi di negara mereka, tapi keparahan dari varian itu belum terkonfirmasi.
Testimoni dari China merupakan indikasi terbaru dari bahaya yang ditimbulkan oleh varian Delta. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada bulan lalu memberikan label varian tersebut sebagai varian yang mengkhawatirkan. Pertama kali teridentifikasi musim semi ini di India, di mana varian itu dianggap sebagai penyebab melonjaknya kasus positif dan kematian.
COVID-19 varian Delta juga sudah menjadi varian dominan di Inggris, dimana para dokter mengatakan bahwa varian itu lebih menular dan bisa menginfeksi beberapa orang yang baru mendapat satu dari dua dosis vaksin COVID-19.