Canggih, Tes 1 Detik Ini Diklaim Bisa Deteksi COVID-19 dalam 5 Menit

Ilustrasi virus corona/COVID-19/laboratorium.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Sekelompok ilmuwan dari Amerika Serikat dan Taiwan mengatakan, mereka telah mengembangkan tes yang dapat mendeteksi apakah seseorang telah terinfeksi COVID-19, hanya dengan melakukan tes 1 detik.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Vacuum Sains & Technology B itu dilakukan oleh peneliti dari University of Florida dan National Chiao Tung University Taiwan. Mereka melaporkan bahwa pihak mereka telah menciptakan sebuah metode pengujian yang cepat dan sensitif untuk COVID-19 biomarker.

Saat ini, hasil tercepat yang dilaporkan untuk mendeteksi tanda-tanda positif infeksi COVID-19 dengan menggunakan tes tersebut berkisar antara 5 hingga 10 menit.

Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan yang sebelumnya telah mengerjakan metode untuk mendeteksi biomarker yang relevan dengan virus Zika, serangan jantung, dan kebocoran cairan tulang belakang otak.

Mereka menggunakan pengalaman itu untuk mengembangkan sistem sensor yang menurut mereka dapat mendeteksi infeksi dengan segera.

"Tes yang sangat cepat akan disambut baik oleh teknologi di mana pun wabah terjadi. Selama itu akurat, mudah digunakan dan dapat diakses secara luas," kata peneliti COVID-19 sekaligus presiden dan direktur medis dari Angiogenesis Foundation, Dr. William Li, dilansir Healthline, Senin, 24 Mei 2021.

"Tes COVID-19 yang cepat akan berguna untuk dokter, fasilitas perawatan darurat dan ruang gawat darurat rumah sakit. Tapi ini juga bisa berguna untuk di bandara atau hotel saat check in, atau untuk akses izin masuk ke tempat kerja, atau acara konser atau teater indoor. Kunci tes COVID-19 selama pandemi adalah keakuratan dan ketersediaan," lanjut dia.

Seorang kandidat doktor teknik kimia di University of Florida, Minghan Xian, yang juga merupakan salah satu penulis dalam penelitian tersebut mengatakan, tes ini dapat mendeteksi virus corona dengan memperkuat jumlah biomarker.

Di antaranya seperti salinan asam ribonukleat virus (yang dilakukan dengan teknik reaksi berantai polimerase yang umum digunakan untuk mendeteksi COVID-19), atau dengan memperkuat sinyal pengikat untuk biomarker target.

"Ini bisa mengurangi waktu penyelesaian tes COVID-19 yang lambat. Strip biosensor kami serupa dengan strip uji glukosa yang tersedia secara komersial, dengan saluran mikrofluida kecil di ujungnya untuk memasukkan cairan uji kami. Dengan saluran mikrofluida, beberapa elektroda terkena fluida. Satu dilapisi dengan emas dan antibodi terkait COVID-19 dipasang ke permukaan emas melalui metode kimia," terang dia.

Xian lebih lanjut menjelaskan, strip sensor terhubung ke papan sirkuit. Sinyal uji kelistrikan singkat dikirim antara elektroda emas yang dilapisi dengan antibodi virus corona dan elektroda bantu lainnya. Sinyal kembali ke papan sirkuit untuk analisis cepat.

"Sistem sensor kami, papan sirkuit, menggunakan transistor untuk memperkuat sinyal listrik, yang kemudian diubah menjadi angka di layar. Besaran angka ini bergantung pada konsentrasi antigen, protein virus, yang ada dalam larutan uji kami," paparnya.

Menurut dia, setrip sensor harus dibuang setelah selesai tes, tetapi papan sirkuit dapat digunakan kembali. Xian mengatakan keserbagunaan sistem dapat melampaui pengujian untuk COVID-19.

"Dengan mengubah jenis antibodi yang menempel pada permukaan emas, kami dapat menggunakan kembali sistem tersebut untuk mendeteksi penyakit lain. Sistem ini dapat berfungsi sebagai prototipe untuk sensor biomarker protein termodulasi dan murah untuk umpan balik waktu nyata yang tepat dalam aplikasi klinis, ruang operasi, atau penggunaan di rumah," pungkas dia.

Namun Xian mengatakan, tidak ada rencana untuk melempar alat tes COVID-19 ini ke klinik atau pasar. Dia juga mengatakan, pihaknya telah mengajukan tiga paten terkait dengan metode pengujian tersebut.